Liputan6.com, Jakarta - Kuil buddha di Tokyo, Jepang, Tsukiji Hongwanji, punya kabar baik untuk para jomlo. Ya, kuil berusia 400 tahun ini bakal membantu publik mencari calon pasangan hidup alias siap jadi makcomblang.
Melansir laman South China Morning Post, Jumat, 4 Desember 2020, kuil buddha ini sebenarnya telah menawarkan layanan makcomblang tersebut sejak Juli 2020. Prosesnya sendiri dimulai dengan staf kuil mewawancarai para jomlo.
Tahap selanjutnya berupa pendaftaran secara resmi dengan bantuan agensi nasional yang memang fokus pada bisnis matchmaking. Dari interview itu, pihak agensi akan mengidentifikasi kepribadian orang tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Dari situ, pihaknya bisa mencarikan calon pasangan yang dinilai pas dengan orang tersebut. Berdasarkan data pemerintah Jepang, angka pernikahan di Negeri Matahari Terbit konstan turun selama hampir 50 tahun ke belakang.
Pada 2019, persentasenya berada di angka 4,9 persen, turun dari sekitar 10 pesen di awal tahun 70-an. Menurut laporan Asahi, kuil di ibu kota Chuo Ward ini telah menerima lebih dari 100 pendaftar sejak servisnya dibuka.
"Ternyata ada lebih banyak permintaan daripada yang kami duga," kata Reiko Watanobu, seorang penasihat pernikahan veteran yang sekarang bekerja penuh waktu untuk kuil buddha tersebut. "Mungkin orang merasa nyaman berpaling pada kami karena kami bekerja untuk kuil."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mengembalikan Peran Lama Kuil
Layanan tersebut belum melihat siapa pun menikah sampai Oktober 2020. "Saya pikir akhirnya saya bisa berhasil di sini," kata pria seorang anggota dewan perusahaan yang mendaftar untuk layanan disebut Tera-Kon tersebut pada bulan September 2020.
Lajang berusia 42 tahun itu mengatakan, ia terlalu malu untuk mendaftar ke biro jodoh dan enggan menggunakan aplikasi kencan yang sekarang banyak diminati. "Saya merasa diyakinkan bahwa itu dioperasikan oleh sebuah kuil yang diketahui semua orang," katanya.
Tsukiji Hongwanji sendiri telah menetapkan tujuan untuk jadi kuil terbuka yang membuat kaum muda dan keluarga merasa nyaman untuk berkunjung. Kuil itu, misalnya, telah mendirikan pemakaman umum yang tak memungut biaya pengelolaan, dan membuka kafe, serta toko barang dalam beberapa tahun terakhir.
"Kembali di Zaman Edo (1603-1867), lingkungan kuil memainkan peran perantara bagi orang yang belum menikah," kata Yasuko Dokyo, seorang pendeta yang bertanggung jawab atas layanan Tera-Kon.
"Kami berharap untuk menghidupkan kembali peran makcomblang itu dan memanfaatkannya sebagai sumber daya untuk menumbuhkan rasa keintiman pada kaum muda saat ini," sambungnya.
Sejauh ini, layanan Tera-Kon sebagian besar telah mencocokkan kliennya sendiri dengan pendaftar agensi pernikahan lain. Pejabat kuil mengatakan, mereka berharap untuk lebih meningkatkan jumlah pendaftar Tera-Kon untuk membuat lebih banyak pertemuan pernikahan antara klien Tera-Kon sendiri.
Advertisement