Pegiat HAM Kritik Relokasi Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil Bangladesh

Sekelompok pejuang hak asasi manusia menyebut bahwa proses relokasi warga Rohingya tidak sesuai dengan keinginan mereka.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 05 Des 2020, 13:00 WIB
Muslim Rohingya saat melakukan pelayaran maut untuk mengungsi dari Rakhine. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pihak berwenang di Bangladesh telah mulai merelokasi ribuan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil meskipun ada kekhawatiran tentang keamanan dan persetujuan terkait keputusan tersebut.

Sekitar 1.600 pengungsi diangkut pada Jumat (4/12) menuju Bhasan Char, pulau rawan banjir di Teluk Benggala.

Mengutip laporan BBC, Sabtu (5/12/2020), Bangladesh mengatakan semua yang dipindahkan telah memberikan persetujuan. Namun, pengungsi Rohingya di Bangladesh mengatakan kepada BBC pada Oktober bahwa mereka tidak ingin dipindahkan ke pulau itu.

Kelompok hak asasi manusia pun telah menyuarakan keprihatinan bahwa banyak yang bepergian ke pulau itu,  dipindahkan di luar keinginan mereka.

Human Rights Watch mengatakan telah mewawancarai 12 keluarga yang namanya ada di daftar transportasi tetapi tidak mengajukan diri untuk pergi. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan telah diberikan "informasi terbatas" tentang relokasi dan tidak terlibat dalam proses ini.

Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Momen mengatakan pada Kamis malam bahwa pemerintah "tidak akan membawa siapa pun ke Bhasan Char secara paksa. Kami mempertahankan posisi ini".

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Warga Rohingya

Pengungsi Rohingya beristirahat setelah perahu yang membawa mereka mendarat di Lhokseumawe, provinsi Aceh, Senin (7/9/2020). Hampir 300 Muslim Rohingya ditemukan di sebuah pantai di provinsi Aceh dan dievakuasi oleh militer, polisi dan Relawan. (AP Photo/Rahmat Mirza)

Rashida Khatun (55) mengatakan kepada BBC pada bulan Oktober bahwa anak-anaknya termasuk di antara 300 pengungsi awal yang dikirim ke Bhasan Char, bertentangan dengan keinginan mereka awal tahun ini setelah menghabiskan waktu hingga beberapa bulan di lautan saat mencoba melarikan diri dari Bangladesh.

Pada hari Kamis, seorang pria berusia 31 tahun mengatakan kepada Reuters sambil menangis melalui telepon saat dia naik bus dari Cox's Bazar: "Mereka telah membawa kami ke sini dengan paksa. Tiga hari yang lalu, ketika saya mendengar bahwa keluarga saya ada dalam daftar, saya melarikan diri, tapi kemarin saya ditangkap dan dibawa ke sini."

Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi, mengatakan relokasi itu bersifat sukarela.

"Mereka pergi ke sana dengan senang hati. Tidak ada yang dipaksa. Pemerintah telah mengambil semua langkah untuk menangani bencana, termasuk kenyamanan hidup dan mata pencaharian mereka," katanya.

Masyarakat Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar setelah tindakan keras militer yang dimulai tiga tahun lalu di mana penyelidik PBB mengatakan sebanyak 10.000 orang tewas dan lebih dari 730.000 mengungsi secara paksa.

Sejak itu, ratusan ribu orang tinggal di Cox's Bazar, kamp pengungsi yang luas di negara tetangga Bangladesh.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya