Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo kaget setelah menerima sebuah pesan berisi kabar meninggalnya Kolonel Ckm dr. Is Priyadi pada Kamis, 3 Desember 2020. Saat itu Doni tengah berada di Lanud Abdurachman Saleh, Malang, usai melakukan serangkaian kunjungan ke Lembata, NTT dan Lumajang, Jawa Timur.
Mestinya, pada jam tersebut, Doni Monardo sudah berada di udara, dalam penerbangan Malang – Yogyakarta, untuk kemudian disambung jalan darat ke Cilacap.
Advertisement
"Innalillaahi wainna ilaihiroji'un. Telah berpulang kerahmatullah Kolonel Ckm dr. Is Priyadi pukul 16.38 di ICU RSPAD, Jakarta. Is adalah alumnus FK Unair Angkatan 84. Semoga Allah mengampuni semua dosanya dan melapangkan kuburnya. Semoga mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT," berikut pesan singkat yang diterima Doni.
Almarhum Is Priyadi baginya adalah salah satu pahlawan program Citarum Harum.
“Saya sangat berduka, sedih, prihatin, kecewa, semua perasaan itu campur aduk menjadi satu. Almarhum adalah Kepala Kesdam Siliwangi saat saya menjabat Pangdam Siliwangi. Dia yang mengambil sampel air dan data-data dari berbagai sumber saat saya memulai program Citarum Harum,” ujar Doni Monardo dalam siaran persnya, Sabtu (4/12/2020).
Doni teringat, sesaat setelah dilantik sebagai Pangdam Siliwangi pada 14 November 2017, ia langsung memerintahkan Is Priyadi untuk mengambil contoh air Citarum. Perintah Doni, segera periksakan kandungan air dengan teliti, cari laboratorium yang independen.
Kabar duka tersebut juga mengagetkan Kolonel (Arh) Desi Ariyanto, mantan Kapendam Siliwangi, saat Doni menjabat sebagai Panglima TNI.
Sebagai Kapendam pada tahun 2017, ia harus melanjutkan program Doni Monardo. “Secara garis besar bisa saya katakan, yang Pak Doni kerjakan adalah untuk masa depan kita sebagai bangsa, khususnya warga Jawa Barat,” ujar Desi.
"Beliau menggagas Program Citarum Harum, dimulai dengan data. Dimulai dengan penelitian. Nah, almarhum Is Priyadi-lah yang mengumpulkan data, menguji kadar air ke laboratorium independen, dan melakukan penelitian terkait kandungan air Sungai Citarum," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Jasa Is Priyadi
Jasa almarhum Is Priyadi tidak saja terhadap bangsa dan negara sebagai prajurit TNI, tetapi terhadap keberhasilan program Citarum Harum. Jika kemudian Citarum berangsur-angsur pulih, maka salah satu nama yang tidak boleh dilupakan adalah dokter Is.
“Saya menggulirkan Program Citarum Harum setelah almarhum berhasil mengumpulkan data-data akurat tentang kondisi air sungai yang ternyata sangat parah keadaannya,” ujar Doni Monardo.
Hasilnya, volume tinja manusia yang masuk ke Sungai Citarum adalah 35,5 ton per hari. Sementara, kotoran ternak yang masuk ke Citarum 56 ton per hari.
Tak kurang dari 20,462 ton sampah per hari masuk ke sungai Citarum. Dari jumlah itu, sebanyak 71 persen tidak terangkut. Belum lagi limbah medis. Tim Survey Kodam Siliwangi menemukan kantong darah HIV/AIDS, potongan organ bagian dalam tubuh manusia, alat medis bekas pakai, dan lain-lain.
Kondisi itu diperparah dengan adanya 1.900 industri penghasil limbah dan membuangnya ke Citarum. Dari jumlah itu, 90 persen di antaranya belum memenuhi standar IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Data itu valid, karena bersumber dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat. Dokter Is pula yang mengulik data tadi.
Uji lab atas air yang ada di Citarum dan sungai anakannya, menemukan kandungan besi (fe), Mangan (Mn), Zat Organik, dan kekeruhan. Logam berat itu berdampak, antara lain pada gangguan otak dan syaraf, kanker jantung, kanker pembuluh darah, dan kecacatan reproduksi. Itu pula yang mengakibatkan banyak anak-anak autis serta bertambahnya penderita kanker.
Penelitian pun sampai kepada uji klinis pada ikan dan air yang ada di Citarum. Hasilnya, lagi-lagi sangat mencengangkan bagi awam, dan bikin geram Panglima Doni Monardo.
Kandungan merkuri ditemukan dari hasil uji terhadap ikan lele yang ada di Cilampeni dan Cimarangi. Merkuri juga ditemukan pada hasil uji ikan emas yang ada di Cisanti. Hasil penelusuran lebih jauh, ternyata di salah satu zona, terdapat penambangan emas liar yang menggunakan merkuri secara serampangan dan ilegal.
Bahaya merkuri, misalnya, bisa mengakibatkan gangguan otak dan mental, tremor, radang dan pembengkakan gusi, gangguan perut dan ginjal, mengganggu perkembangan otak janin pada wanita hamil, bisa mengakibatkan bengkak, kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, serta bisa mengakibatkan kulit tubuh terkelupas.
Sedangkan pekatnya kadar bakteri, sejenis e-coli dan lain-lain disebabkan besarnya volume tinja manusia yang masuk ke Sungai Citarum serta kotoran ternak.
Kandungan lain di Citarum adalah bakteri pseudomonas aeruginosa yang bisa mengakibatkan meningitis/radang selaput otak, radang selaput mata, radang saluran kemih, dan luka membusuk. Itu semua susah diobati karena kebal terhadap antibiotik. Bakteri itu berasal dari buangan limbah rumah sakit.
Mengonsumsi air Citarum bisa dikatakan sebagai bunuh diri.
“Setelah data terkumpul, berkat kerja keras almarhum, barulah saya merancang aksi satu kesatuan komando dari hulu ke hilir dengan semua komponen dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Alhasil, sungai sepanjang 269 km itu pun dibagi menjadi 22 sektor,” lanjut Doni.
Pada setiap sektor dikoordinir oleh seorang perwira menengah TNI (kolonel). Jumlah personel 7.100 orang, terdiri atas TNI/Polri (200 orang per sektor), personel gabungan (100 orang per sektor), bidang pembibitan (200 orang) dan cadangan 300 orang. Jumlah itu ditambah 500 orang dari unsur perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat.
Program yang kemudian disambut positif Presiden Joko Widodo itu dan memberi payung hukum bagi pelaksanaannya, merupakan karya nyata Doni Monardo, yang diawali oleh kerja keras almarhum Is Priyadi.
Beberapa kali, Doni Monardo menggumamkan kalimat, "almarhum adalah pahlawan Citarum Harum".
Advertisement