Lahir dari Embrio yang Beku 28 Tahun Lalu, 'Usia' Bayi Molly 18 Bulan Lebih Muda dari Sang Ibu

Bayi bernama Molly itu dibekukan ketika masih dalam bentuk embrio sekitar 28 tahun yang lalu. Ia dilahirkan secara utuh pada bulan Oktober 2020 yang lalu

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Des 2020, 20:00 WIB
Ilustrasi bayi. (dok. Unsplash.com/Alex Pasarelu/@bellefoto)

Liputan6.com, Jakarta Molly Everette Gibson dilahirkan di Tennessee, Amerika Serikat pada 26 Oktober 2020. Namun usia Tina Gibson, ibu dari bayi tersebut, hanya terpaut 18 bulan dari proses pembekuan embrio bayi Molly di tahun 1992.

Molly memang lahir dari embrio yang dibekukan pada Oktober 1992, 28 tahun yang lalu. Sementara Tina, yang saat ini berusia 29 tahun, lahir 18 bulan lebih awal dari waktu bayi Molly dibekukan ketika masih berbentuk embrio.

Sehingga bisa dikatakan, mereka berdua secara teknis sudah berada di dunia dalam waktu yang hampir sama, meski jarak kelahirannya terpisah satu generasi.

Dikutip dari Science Alert pada Minggu (6/12/2020), Tina mengatakan bahwa memang apa yang ia dan putrinya alami sulit dipahami.

"Namun sejauh yang kami ketahui, Molly adalah keajaiban kecil kami," kata Tina kepada New York Post.

Namun, apabila Anda belum cukup bingung, maka simak penjelasan lebih lanjut dari apa yang dialami oleh keluarga tersebut.

Ketika Molly lahir, ia menjadi bayi tertua di dunia yang lahir dan melewati rekor sebelumnya, yang dipegang oleh sang kakak, Emma Wren Gibson. Dulu, Emma dibekukan dalam bentuk embrio selama 24 tahun sebelum dilahirkan pada 2017, juga oleh Tina.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Mengalahkan Rekor Sang Kakak

Fakta Twin to Twin Transfusion Syndrom, Penyebab Meninggalnya Bayi Kembar Irish Bella (sumber: Pixabay)

Emma bisa menjadi kakak perempuan Molly karena secara genetik, mereka adalah saudara kandung yang dibekukan dengan cara yang sama, usai disumbangkan oleh orangtua mereka yang identitasnya tidak diungkapkan.

Sehingga, Molly dan Emma adalah saudari kandung, yang dikandung dan dilahirkan dari ibu angkat mereka, Tina.

Embrio kedua bayi itu memang dibekukan bersama. Mereka dicairkan dengan selang waktu hampir tiga tahun di National Embryo Donation Center (NEDC), sebelum dipindahkan ke rahim Tina.

Tina dan sang suami, Benjamin, memang meminta bantuan NEDC karena kesulitan untuk memiliki anak selama lima tahun. Hal itu karena Benjamin mengalami fibrosis kistik yang membuatnya tidak subur.

Pasangan yang sudah 10 tahun menikah itu sempat mempertimbangkan mengadopsi anak secara tradisional. Hingga tahun 2017, orangtua Tina memberi tahunya soal organisasi profit tersebut setelah menonton iklan mereka di berita.

Awalnya, Tina sempat berpikir hal itu merupakan sesuatu yang gila. "Kemudian kami terus memikirkannya dan tidak bisa melupakannya."

Keduanya pun segera mendatangi NEDC dan disajikan sekitar 300 profil orang asing yang menyumbangkan embrio cadangan mereka setelah melakukan prosedur in vitro fertilization. Tina pun memilih salah satu embrio yang rupanya, telah berusia 24 tahun.

 


Potensi Bertahannya Embrio Beku

Ilustrasi anak, bayi kembar. (Gambar oleh Karen Warfel dari Pixabay)

Selang beberapa tahun setelah kelahiran Emma, Tina dan Benjamin pun ingin memberinya saudara. Mereka pun memutuskan memindahkan lagi dua embrio lain dari donor yang sama.

NEDC mengatakan bahwa mereka telah memfasilitasi lebih dari seribu persalinan dengan cara yang serupa. Namun, Emma dan Molly merupakan fenomena yang luar biasa karena mereka menjadi embrio beku terlama yang akhirnya menjadi bayi seutuhnya.

Kepala laboratorium NEDC Carol Sommerfelt mengatakan, hal tersebut menunjukkan potensi berapa lama embrio beku benar-benar bisa bertahan, yang sebelumnya tak sepenuhnya dipahami.

"Selama embrio dipelihara dengan benar di dalam tangki penyimpanan nitrogen cair pada suhu minus 396 derajat, kami merasa mereka mungkin baik tanpa batas," kata Sommerfelt.

"Dengan kelahiran Molly, kami tahu mereka dapat bertahan hidup setidaknya 27 setengah tahun dan mungkin lebih lama."

Namun, bukan berarti proses semacam ini tanpa risiko. Tetap ada ketidakpastian dalam prosesnya. menurut NEDC, sekitar 75 persen dari embrio yang disumbangkan selamat dari proses pembekuan dan pencairan, dan 49 persen pemindahan yang menghasilkan kelahiran hidup.


Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya