Liputan6.com, Denpasar Tak hanya terkenal dengan pesona alam dan adat budaya saja, Bali juga memiliki destinasi wisata lain yang saling melengkapi sebagai obyek wisata kelas dunia. Salah satunya adalah agrowisata anggur di Hatten Wines Vineyard.
Kantor pusat Hatten Wines Vineyard sebetulnya berada Jalan By Pass Ngurah Rai Nomor 393, Sanur, Denpasar. Namun, mereka memiliki kebun anggur sendiri yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Bali, tepatnya di Jalan Raya Seririt-Gilimanuk, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.
Berkunjung ke sini, wisatawan bisa melakukan beragam aktivitas. Mencicipi buah anggur secara gratis menjadi salah satu kegiatan yang disediakan oleh Hatten Wines Vineyard. Wisatawan pun dapat mencoba untuk berkunjung secara langsung ke kebun anggur yang dikelola oleh Hatten Wines Vineyard. Dibangun sejak 2014 lalu, Hatten Wines Vineyard memiliki enam kebun anggur dengan luas 50 hektar. Welcome Center Supervisor Hatten Wines Vineyard, I Kadek Sumiasa mengatakan, ada tiga jenis anggur lokal yang ada di sini yaitu Anggur Hijau, Almoun Silavaley dan Anggur Probolinggo Biru.
Baca Juga
Advertisement
"Ada juga anggur jenis siras yang kategori Australian Grape. Bibitnya didatangkan dari Australia ke Bali," tuturnya kepada Liputan6.com ditemui di lokasi, Minggu (6/12/2020).
Di sini, kita juga mendapat penjelasan mengenai berbagai macam jenis buah anggur dan cara menanamnya. Tenang saja, Anda dapat membawa pulangnya secara gratis. "Bagi wisatawan yang ingin membawa pulang anggur di sini kami persilakan, tidak dipungut biaya," tutur Kadek.
Hatten Wine Berdiri Sejak 1994
Kadek menjelaskan, buah-buahan tersebut oleh perusahaannya juga diekstraksi menjadi minuman beralkohol jenis wine. "Anggur Almoun Silavaley di sini juga diolah menjadi Red Wine, sedangkan Anggur Hijau yang biasa kita olah untuk White Wine," tuturnya.
Kadek menambahkan pengunjung juga dipersilakan mencicipi minuman jenis wine olahan Hatten Wines Vineyard. Untuk biaya masuk, para pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp50.000.
Tak hanya itu, Hatten Wines Vineyard juga menawarkan sensasi makan malam romantis secara private. Pihak Hatten Wines Vineyard pun menyediakan tenaga chef yang berpengalaman untuk penyajian menu yang menggugah selera. Ditambah lagi, desain interior ruangan yang cantik dan nyaman bakal membuat para wisatawan yang datang betah.
Adalah Ida Bagus Rai Bidarsa yang menginisiasi berdirinya kebun anggur Hatten Wines Vineyard. Rai Bidarsa melihat potensi yang begitu besar jika mengolah anggur menjadi wine yang memang digandrungi turis yang berlibur ke Bali. Tepatnya pada tahun 1994 Rai Bidarsa merealisasikan idenya tersebut. Bersama James Kalleske, rekannya asal Australia, mereka berkolaborasi dalam pembuatan wine asli Bali. Gayung bersambut. Wine olahan mereka diterima dengan baik. Produk wine olahan Hatten Wines diakui dunia internasional.
Meski bercitarasa lokal, bukan berarti kualitas rasa dari wine buatan Hatten Wines Vineyard memiliki kualitas yang rendah. Sebaliknya, Hatten Wines memperoleh penghargaan sebagai salah satu Top-10 Fastest Improving Producers in Asia. Mereka pun terus mengembangkan beragam jenis produk wine yang dihasilkan.
Pada tahun 1994, mereka memproduksi Wine Rose. Selanjutnya, pada tahun 2000 muncul produk bernama Jepun Sparkling Wine. Deretan wine berikutnya pun terus bermunculan, termasuk di antaranya adalah Aga Red, Aga White, Pino de Bali, Chardonnay & Shiraz dan pada tahun 2009 ada Riesling & Cabernet Merlot. Kini, produk produksi Hatten Wines dapat dengan mudah ditemui di gerai-gerai wine baik di dalam maupun di luar negeri.
Advertisement
Daya Tarik Wisatawan di tengah Pandemi Covid-19
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani menuturkan, sebagai pintu gerbang utama Indonesia yang telah memberikan kontribusi tertinggi terhadap pariwisata nasional, Pulau Bali mendapatkan pukulan telak akibat pandemi Covid-19.
Bukan tanpa dasar, sebab pariwisata merupakan sektor yang paling pertama terdampak imbas pandemi Covid-19. "Terbatasnya mobilitas masyarakat, ditutupnya penerbangan internasional serta ditutupnya tempat-tempat rekreasi dan hiburan memberikan dampak ekonomi sangat besar terhadap sektor pariwisata," kata dia.
Dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi yang terpuruk selama pandemi Covid-19 dan dalam rangka membangkitkan pariwisata Bali, Pemerintah Daerah Bali melalui Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali yang didukung dan dibiayai penuh oleh Kementerian Pariwisata dan Enonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan program 'We Love Bali', di mana masyarakat lokal diundang dan dibiayai untuk berlibur dan menikmati daya tarik wisata Bali sekaligus diperkenalkan dan mendapatkan edukasi terkait penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan) dan environment friendly (ramah lingkungan).
"Implementasi penerapan CHSE melalui program ‘We Love Bali’ ini merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk hotel, usaha perjalanan wisata, usaha transport, pemandu wisata, restoran, daerah tujuan wisata, UMKM dan lain sebagainya," tutur Rizki.
Sementara destinasi wisata yang dikunjungi adalah destinasi wisata yang sudah populer maupun destinasi baru di seluruh penjuru Bali. Program We Love Bali ini, Rizki melanjutkan, bertujuan untuk memberikan edukasi penerapan protokol CHSE kepada peserta, pelaku usaha pariwisata dan masyarakat di destinasi wisata, sebagai sarana memperkenalkan destinasi/atraksi wisata baru yang tersebar di seluruh Pulau Bali, mempromosikan pariwisata Bali Era Baru melalui media sosial peserta, menyiapkan pariwisata Bali untuk menyambut wisatawan mancanegara sejalan dengan Pergub Nomor 46 Tahun 2020 dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di destinasi wisata yang dikunjungi.
"Pelaksanaan protokol kesehatan dilakukan dengan ketat di setiap daya tarik wisata yang dikunjungi, seperti wajib mengikuti pengecekan suhu tubuh, mencuci tangan sebelum memasuki daya tarik wisata, menggunakan handsanitizer, mengenakan masker dan menjaga jarak saat berkunjung ke destinasi wisata," ujar dia.
"Selama perjalanan peserta akan diberikan pengertian dan diingatkan untuk mentaati protokol kesehatan dan juga sekaligus diajak untuk peduli terhadap lingkungan dan menjaga pelestarian alam pada setiap destinasi wisata yang dikunjungi," ujar Rizki.