Selama Pandemi, Serapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tumbuh 2,23 Persen

Sektor pertanian tetap tangguh selama pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2020, 12:53 WIB
Petani menanam padi di sawah kawasan Tangerang, Banten, Jumat (7/8/2020). PDB pertanian tumbuh 16,24 persen pada triwulan-II 2020 (q to q), bahkan secara y0y sektor pertanian tetap berkontribusi positif yakni tumbuh 2,19 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan sektor pertanian tetap tangguh selama pandemi Covid-19.

Terlihat dari pertumbuhan di sektor pertanian, kelautan dan perikanan pada kuartal kedua dan ketiga tahun 2020 tumbuh positif.

"Pertanian cukup tangguh selama pandemi dengan laju pertumbuhan positif, kuartal II sebesar 2,19 persen (yoy) dan kuartal II sebesar 2,15 persen (yoy)," kata Musdhalifah dalam dialog Serap Aspirasi: Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja Sektor Pertanian, Kelautan & Perikanan, Lombok, NTB, Senin (7/12).

Selain itu, terjadi pergeseran tenaga kerja ke sektor pertanian. Tenaga kerja di sektor ini meningkat sebesar 2,23 persen.

Sehingga tenaga kerja yang ada di sektor pertanian dan kelautan menjadi 38,23 juta pekerja.

"Terjadi kenaikan sebesar 2,23 persen yang meningkat jadi 38,23 juta tenaga kerja untuk sektor pertanian dan kelautan," tutur dia.

Pandemi Covid-19 ini telah membawa disrupsi pada sektor ketenagakerjaan. Akibatnya 29,12 juta orang penduduk usia produktif jadi terdampak.

Musdhalifah menambahkan saat ini mayoritas masyarakat berpendapatan rendah mengalami penurunan pendapatan. Semula pendapatan mereka berkisar Rp 1,8 juta tiap bulan, kini menjadi berkurang. Akibatnya ini berpotensi meningkatkan kemiskinan.

"Mayoritas masyarakat berpendapatan rendah mengalami penurunan pendapatan sehingga berpotensi meningkatkan kemiskinan," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekonom Beberkan Penyebab Turunnya Produktivitas Sektor Pertanian

Aktivitas petani saat menggiling padi usai dipanen di persawahan kawasan Rorotan, Jakarta, Rabu (29/7/2020). Cadangan beras pemerintah (CBP) diprediksi mampu untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri di tengah pandemi Covid-19, bahkan hingga akhir tahun 2020. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Meski mencatatkan pertumbuhan positif selama pandemi covid-19, total factor productivity (TFP) sektor pertanian cenderung lebih rendah dibandingkan TFP ekonomi secara keseluruhan.

Berdasarkan catatan Badan Pusat statistik (BPS), pertumbuhan sektor pertanian pada kuartal II-2020 mencapai 16,24 persen, dan tumbuh 2,15 persen pada kuartal III-2002.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bustanul Arifin memaparkan, pertumbuhan TFP pertanian bernilai negatif sejak 2011. Artinya, terjadi penurunan produktivitas pertanian, salah satunya karena kurangnya penggunaan teknologi terkini.

"Kita punya problem dalam mendorong produktivitas pertanian karena penggunaan teknologi kita lamban, kalaupun ada inovasinya belum banyak terserap dan teraktualisasi dalam konteks pertumbuhan ekonomi," kata Bustanul dalam webinar INDEF - Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Senin (30/11/2020).

Oleh karena itu, Bustanil mengharapkan agar Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian dapat melakukan terobosan untuk perkembangan teknologi, guna mewujudkan kedaulatan pangan.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menuturkan hal serupa. Mentan menilai perlunya pengembangan pertanian modern, seperti smart farming. Juga pemanfaatan green house untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam.

Selain itu, Mentan berencana mendirikan sekolah pertanian berbasis pendekatan riset dan teknologi (ristek) pada tahun depan. “Saya akan terapkan itu tahun depan, saya coba intervensi dengan kerja sama perguruan tinggi," kata Mentan. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya