Liputan6.com, Beijing - China tidak gentar melawan persaingan vaksin COVID-19 dari Pfizer, Moderna, atau AstraZeneca. Mereka yakin vaksin Sinovac dan Sinopharm buatannya akan dipilih negara-negara di Afrika atau Amerika Latin karena biaya lebih murah.
Analis di China menyebut vaksin Tiongkok menarik bagi negara-negara berkembang karena mengimpor vaksin barat akan sulit karena butuh tempat penyimpanan ultra-dingin (ultra-cold storage).
Baca Juga
Advertisement
Media China, Global Times, menyebut negara-negara yang punya infrastruktur listrik yang buruk diprediksi bakal kesulitan dalam hal transportasi vaksin negara barat seperti Pfizer dan Moderna.
Harga pendingin berkualitas tinggi saja bisa mencapai 100 ribu yuan (Rp 215 juta).
CoronaVac, vaksin buatan Sinovac, sudah menarik perhatian negara seperti Brasil dan baru tiba di Indonesia. Sinopharm juga mendapat banyak pesanan dari banyak negara Afrika.
Pakar vaksin di Beijing yang berbicara secara anonim menjelaskan bahwa masalah suhu penting karena bisa berdampak ke kualitas vaksin, terutama di daerah pedesaan dan pulau terpencil.
Selan itu, Vaksin negara-negara barat seperti Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca memakai teknologi baru bernama mRNA.
Pakar vaksin China berkata kebanyakan staf medis di negara-negara berkembang tidak punya pengalaman atau memiliki rencana medis yang matang untuk menangani mRNA.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Vaksin Sinovac Tiba di Indonesia, Jokowi Bersyukur
Presiden Jokowi menyebut kedatangan vaksin dari Sinovac merupakan sebuah kabar gembira.
"Hari ini pemerintah sudah menerima 1,2 juta dosis vaksin COVID-19. Vaksin ini buatan Sinovac yang kita uji secara klinis di Bandung sejak Agustus 2020 yang lalu," ujar Presiden Jokowi pada konferensi pers, Senin (7/12/2020).
Jokowi berkata mengupayakan akan ada 1,8 juta dosis vaksin yang akan tiba di Januari 2021. Bulan ini, Jokowi menyebut ada 15 juta dosis vaksin dalam bentuk curah, lalu ada 30 juta vaksin dalam bentuk curah yang tiba bulan depan.
Selanjutnya, vaksin dalam bentuk curah itu akan diproses Bio Farma.
"Kita amat bersyukur, Alhamdullah vaksin sudah tersedia," ujar Jokowi. Namun, ia mengingatkan bahwa butuh langkah selanjutnya yang perlu dilakukan BPOM.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengapresiasi China atas kerja sama terkait vaksin. Ke depannya, Menlu akan mengawal kedatangan vaksin dalam bentuk curah dari China.
Advertisement
BPOM Akan Uji Keamanan dan Efektivitas Vaksin COVID-19 Sinovac
Vaksinasi menjadi salah satu strategi Pemerintah Indonesia dalam mengatasi pandemi COVID-19. Karenanya, Pemerintah hanya akan menyediakan vaksin yang terbukti aman dan lolos uji klinis sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto.
"Pemerintah Indonesia menjadikan vaksinasi bagian dari strategi penanggulangan pandemi COVID-19. Pemerintah hanya akan menyediakan vaksin yang terbukti aman dan lolos uji klinis sesuai rekomendasi WHO," ucapnya dalam konferensi pers yang disiarkan saluran YouTube Kemkominfo TV, Senin, 7 Desember 2020.
Vaksin COVID-19 sebanyak 1,2 juta dosis telah tiba Minggu, 6 Desember 2020, sekitar pukul 21.30 WIB. Vaksin itu merupakan bagian tahap pertama dari total 3 juta dosis vaksin jenis SARS-CoVyang dipesan Pemerintah dari perusahaan biomedis Sinovac, China.
Terawan menyebut, regulator obat di Tanah Air yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memastikan keamanan dan efektivitas vaksin COVID-19 siap pakai tersebut agar dapat diberikan izin guna darurat atau emergency use authorization (EUA).
"Selanjutnya vaksin akan segera dilakukan persetujuan untuk penggunaan emergency use authorization-nya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sesuai dengan scientific dan ketentuan perundang-undangan."
Infografis COVID-19:
Advertisement