Konektivitas dan Harga Masih Jadi Daya Tarik Utama Pasar Properti di 2021

Bagi pengembang properti, fokus pembangunan proyek baru proersebaiknya diarahkan pada kawasan di dekat kawasan hunian terpadu.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2020, 15:42 WIB
Pengunjung melihat maket rumah di pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (11/8). Pameran proyek perumahan ini menjadi ajang transaksi bagi pengembang properti di seluruh Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Di 2021, pasar properti masih akan menjadi buyer’s market, di mana konsumen akan dimanjakan dengan lebih banyak pilihan dan harga yang cukup terjangkau. Namun, kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Optimisme penyedia suplai mulai pulih sehingga harga rumah diperkirakan akan kembali mengalami kenaikan secara bertahap.

“Kenaikan suplai kuartal III dari kuartal II angkanya meningkat signifikan. Dari sisi suplai meningkat cukup jauh dibandingkan 2019 karena kenaikan suplai diperkirakan lebih besar dibandingkan kenaikan permintaan,” ujar Marine Novita, Country Manager Rumah.com, Senin (7/12/2020).

Bagi pengembang, fokus pembangunan proyek baru sebaiknya diarahkan pada kawasan di dekat kawasan hunian terpadu atau kawasan di sekitar jalur transportasi massal dan akses tol baru. Kombinasi antara harga yang terjangkau dan kemudahan mobilisasi akan menjadi daya tarik utama bagi konsumen.

Konektivitas dan harga masih menjadi daya tarik utama pasar properti di tahun 2021 mendatang. Jarak hunian dengan pusat kota tidak lagi menjadi pertimbangan utama selama perjalanannya mudah ditempuh dan bebas macet. Itu sebabnya, kawasan-kawasan di sekitar kawasan hunian terpadu (planned community), jalan tol baru, dan jalur transportasi massal masih menjadi incaran konsumen.

Selain itu, Rumah.com Indonesia Property Market Index juga menunjukkan penurunan pada indeks harga secara tahunan di kuartal ketiga tahun 2020. Penurunan indeks harga tahunan ini adalah yang pertama terjadi dalam lima tahun terakhir. Namun, peningkatan indeks harga secara kuartalan bisa dilihat sebagai sinyal positif pemulihan sektor properti nasional. Sinyal positif di penghujung tahun juga terlihat pada indeks suplai, yang berada pada angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.

“Kuartal 3 jika dibandingkan kuartal 2 meningkat sekitar 0,5 persen jika dilihat dari sisi indeks harga. Mudah-mudahan ini bisa menjadi sinyal-sinyal positif terkait dengan pasar properti nasional di tahun 2021,” ujar Marine.

Menurut Consumer Sentiment Survey Rumah.com, sebanyak 3 dari 5 responden menunda proses transaksi properti. Namun, mereka berniat untuk melanjutkan proses tersebut dalam waktu dekat, yaitu pada semester kedua tahun 2020 atau pada 2021 mendatang. “Ini menjadi sinyal yang sangat baik untuk pasar properti di tahun 2021,” ujar Marine.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Tren Pasar Properti

Sebuah maket perumahan di tampilkan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Penurunan DP KPR rumah kedua dan ketiga juga turun masing-masing menjadi 20% dan 25%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Fokus pemerintah untuk menjadikan infrastruktur sebagai ujung tombak perekonomian nasional masih akan terlihat di tahun 2021 dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 413,8 triliun. Anggaran ini naik sebesar 47,2 persen dari anggaran tahun 2020 sebesar Rp 281,1 triliun, setelah mengalami penyesuaian terkait situasi pandemi.

Besaran anggaran infrastruktur pada 2021 ini mencapai 24 persen dari total APBN 2021 dimana pembangunan infrastruktur ini ditujukan untuk pemulihan ekonomi, penyediaan layanan dasar, serta peningkatan konektivitas.

Peningkatan konektivitas ini bisa berdampak langsung pada perkembangan properti pada daerah-daerah satelit. Terlihat terjadi kenaikan indeks harga properti pada area-area yang dilintasi oleh jalur tol. Di Depok, misalnya. Saat indeks harga Depok kuartal ketiga 2020 secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 2,61 persen secara tahunan, kecamatan-kecamatan yang dilewati dekat dengan jalur tol baru justru mengalami kenaikan seperti Cimanggis (9 persen), Limo (4 persen) dan Cinere (3 persen).

Sementara itu, kelurahan Cinangka di Kecamatan Sawangan, Depok, mengalami kenaikan hingga 35 persen. Sejumlah kecamatan di Tangerang Selatan yang berada di sekitar tol Cinere-Serpong juga mengalami kenaikan, seperti di Pondok Cabe (6 persen), Serpong (12 persen), dan Pamulang (19 persen).

Dari segi transportasi, pembangunan sarana transportasi massal seperti Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) juga terus berjalan. Tersedianya sarana MRT, LRT, dan juga jalur komuter (KRL commuterline) menjadi daya tarik bagi konsumen properti di Jabodetabek.

Seperti langkah perusahaan BUMN Adhi Commuter yang membangun 10 apartemen dengan bendera LRT City di sepanjang jalur LRT di Jabodetabek seiring pembangunan LRT yang masih berjalan. Sebelumnya pengembang BUMN Perumnas juga telah bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) lebih dulu untuk mengembangkan 3 hunian berkonsep TOD di jalur KRL.

Selain itu, hal penting lain yang paling berpengaruh terkait pasar properti adalah suku bunga. “Bank Indonesia baru-baru ini, 19 November, sudah menurunkan lagi suku bunga Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 3,75 persen,” ujar Marine. Keputusan tersebut dinilai sebagai sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

“Penurunan BI7DRR selalu menjadi indikasi terhadap tingkat inflasi dan stabilitas eksternal. Dengan demikian, jika suku bunga BI7DRR ini tetap terjaga, atau bahkan kembali turun di Desember nanti, kita bisa mengharapkan situasi ekonomi yang lebih stabil pula di 2021,” ujarnya.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya