Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) tengah mengembangkan inovasi penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS. Salah satunya yakni cross border QRIS, dimana QRIS ini nantinya bisa digunakan lintas negara.
“Untuk QRIS, kita sedang mengembangkan cross border QRIS. Artinya nanti wisatawan asing itu kalau datang ke Indonesia bisa pakai QRIS kita,” ujar Asisten Gubernur BI, Filianingsih Hendarta dalam Bank Indonesia Bersama Masyarakat (BIRAMA): Prospek Ekonomi dan Arah Kebijakan BI 2021, Senin (7/12/2020).
Advertisement
Sebaliknya, Filianingsih melanjutkan, QRIS ini juga berlaku untuk transaksi di luar negeri. “Jadi ini ke depan kita bisa cross border QRIS-nya,” kata dia.
Selain itu, juga ada pengembangan penggunaan QRIS melalui Customer Presented Mode. Jika selama ini yang berlaku adalah merchant presented mode, atau konsumen yang melakukan scanning QRIS milik merchant. Maka melalui Customer Presented Mode, merchant juga dapat melakukan scanning terhadap QRIS yang dimiliki konsumen.
Secara umum, kedua mode tersebut memang tidak memiliki perbedaan signifikan. Namun hal ini merupakan inovasi BI atas penggunaan QRIS. “Sebetulnya tidak ada bedanya, sama aja,” kata Filianingsih.
Secara umum, merchant presented mode digunakan untuk pedagang kaki lima, pasar tradisional, chain store, online market, tempat ibadah dan donasi, event pameran, dan parkir. Sementara customer presented mode bisa digunakan untuk moda transportasi, chain store, dan parkir.
Saksikan video pilihan berikut ini:
BI Targetkan 12 Juta UMKM Pakai QRIS di 2021
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan sudah ada 5,2 juta pelaku usaha UMKM yang terhubung dengan sistem pembayaran digital melalui QRIS.
Tahun depan Bank Indonesia bertekad untuk meningkatkan jumlah pelaku UMKM yang terhubung dengan sistem digital menjadi 12 juta UMKM.
"Tahun depan kami arahkan agar bisa menjadi 12 juta UMKM yang terhubung dengan sistem digital secara nasional," kata Perry di acara Bank Indonesia Bersama Rakyat (Birama) secara virtual, Jakarta, Senin (7/12/2020).
Upaya ini juga diikuti dengan mendorong industri perbankan untuk melakukan digitalisasi. Demikian juga dengan asosiasi sistem pembayaran yang mendorong perusahaan finance technology (fintech).
Dalam konteks ini, bos Bank Indonesia ingin perusahaan fintech terhubung dengan perbankan digital melalui open application programming interface. Sehingga pelayanan di sistem pembayaran busa dilakukan perbankan dengan cepat.
"Dengan kolaborasi ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara cepat, murah, aman dan handal," kata Perry.
Advertisement