Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 memaksa percepatan teknologi digital nyaris di semua bidang, tak terkecuali di ranah penyelenggaraan pekan mode. Fashion show yang biasanya digelar secara offline dengan jumlah tamu terbatas, beralih ke dunia maya yang berlangsung secara virtual. Bila disuruh memilih, mana show yang ingin dilakoni para desainer?
Jawaban sejumlah desainer adalah dua-duanya. Pertunjukan yang digelar baik virtual maupun offline memiliki plus minus yang bila digabungkan, akan saling melengkapi.
Baca Juga
Advertisement
Mielka Raputra Bardin dari label SSST membutuhkan fashion show yang digelar secara offline dan online agar masing-masing memberikan pengalaman berbeda. "Offline diperlukan agar tetap bisa menjaga JFW tetap eksklusif. Dan online pun membantu acara itu untuk mendapatkan reach yang lebih tinggi," kata dia kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
JFW alias Jakarta Fashion Week merupakan salah satu pekan mode ternama di Tanah Air. Banyak desainer lokal berharap bisa berpartisipasi dalam rangkaian acara tersebut karena dinilai memiliki prestise tinggi.
Namun, keterbatasan tempat jelas tak bisa menampung banyak penonton. Mereka yang hadir biasanya diseleksi. Dengan begitu, hanya sedikit orang yang bisa menikmati koleksi yang dirancang para desainer. Kekurangan itulah yang bisa ditutupi oleh penyelenggaraan secara virtual.
"Fashion show offline memang sangat diperlukan agar memudahkan desainer untuk memperlihatkan koleksinya melalui runway show," kata Vincent Ham dari label HAM! Jeansku tersebut.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Masa Depan di Hybrid
Sebelumnya, National Chairman Indonesia Fashion Chamber Ali Charisma memprediksi fashion show virtual bakal tetap eksis setelah pandemi berakhir, bahkan lebih canggih lagi. Begitu pula dengan penjualan, online dan offline akan berjalan beriringan.
"Kolaborasi jadi keharusan, sangat penting sekali sehingga kita enggak bisa stand alone. Maka, bergabung dalam organisasi itu penting sekali, masuk perkumpulan desainer, tekstil, bisa memberi nilai plus di brand kita karena ada bantu dukungan baik moral maupun material," imbuhnya.
Di sisi lain, seasonless collection bakal makin marak. Ali menilai sudah tidak terlalu penting lagi koleksi menurut musim karena kebutuhan masyarakat global berbeda-beda.
"Pelaku harus bisa layani konsumen, baik di musim dingin atau panas," sambungnya.
Mendaur ulang produk atau menambah nilai tambah pada produk lama (upcycling) juga akan semakin banyak dilakukan. Bahkan, pelaku bisnis bisa memanfaatkannya dengan membuka lini bisnis repairment.
"Apa keuntungannya bagi konsumen? Mereka bisa mencari produk berkualitas dengan sangat mudah, produk berkualitas bagus. Bagus seperti apa? Sesuai standar baik lokal maupun global," katanya.
Advertisement