Liputan6.com, Batam - Sejak pagi Soerya Respationo sibuk di kebun pekarangan rumahnya. Wajahnya masih menyisakan kelelahan. Ya, ia adalah salah satu calon gubernur di Pilkada 2020 Kepulauan Riau.
Berkebun menjadi sebuah katarsis baginya. Berinteraksi dengan tanaman seakan menjadi obat lelah dan penawar rasa jenuh berkampanye.
“Sejak memutuskan maju dalam kontestasi Pilkada 2020 Kepri, tanaman saya kurang sentuhan. Terutama bonsai-bonsai itu,” katanya.
Ia merasa beruntung karena merawat bonsai sebenarnya sederhana saja. Bukan hanya bonsai, ia juga menanam tanaman hias lain. Biasanya ia memiliki hari khusus untuk menyiram, memotong dahan dan daun, memupuk.
Baca Juga
Advertisement
“Jika ada yang kurang tanah ditambah tanah hitam dan disiram,” kata Soerya, akrab disapa Romo.
Soerya mengaku menyukai tanaman berpohon kuat. Berbilang tahun ia menekuni hobinya, jauh sebelum ia mengenal dunia politik praktis.
"Akhir pekan menjadi waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Jadwal yang semakin padat menjelang pilkada Kepri 9 Desember 2020, tak boleh menurunkan kualitas interaksi di keluarga," kata Soerya Respationo di rumahnya, Perum Duta Mas, Batam Center.
Selain tanaman hias, Soerya sangat menikmati celotehan cucunya. Bahkan hanya sekadar ngobrol bersama menjadi hal mewah.
“Sejak maju sebagai calon gubernur di Pilkada 2020 Kepri, otomatis waktu saya untik keluarga berkurang. Syukurlah sekarang sudah masuk hari tenang,” katanya.
simak video pilihan berikut
Segitiga Energi
Keluarga dan tanaman adalah dua hal berbeda, namun dari keduanya bisa membangkitkan energi dalam dirinya sehingga ikatan psikologis segitiga antara Soerya-keluarga-tanaman semakin menguat.
Mereka dalam beberapa minggu ditinggalkan berkeliling dari pulau ke pulau. Dari keliling itu, ia banyak bercerita kepada keluarganya apa saja yang harus dibenahi untuk memajukan provinsi Kepulauan Riau.
“Kepri tak semata warisan. Tapi juga titipan bagi anak cucu generasi mendatang, bahkan generasi yang belum lahir,” katanya.
Setiap kali melihat koleksi tanamannya, wajah Soerya berbinar. Kelelahan musnah. Meski bukan jenis tanaman hias mahal, namun ia begitu mencintai tanaman itu.
“Inilah kesibukan saya menunggu hari H. Bolehlah Koentowijoyo menulis cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga sebagai refleksi patriarkhi. Tapi pesan utama dari tanaman-tanaman saya adalah siapapun memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk menikmati keindahan, kesejahteraan, hidup, dan peradaban maju. Termasuk warga Kepulauan Riau,” katanya.
Putra Respationo, anak sulung Soerya menjadwalkan makan bersama. Ia akan memaksa ayahnya untuk berburu makanan favorit.
"Kami memanfaatkan waktu yang ada untuk berburu makanan kesukaan Romo, pempek dan arem. Tentu dengan protokol kesehatan ketat," kata Putra.
Advertisement