Waktu Donald Trump untuk Ubah Hasil Pemilu Presiden AS 2020 Hampir Habis

Keinginan Donald Trump untuk mengubah hasil pemilu AS 2020 masih belum tercapai hingga saat ini, dan waktunya pun bahkan hampir habis.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 08 Des 2020, 14:40 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pidato pada hari keempat Konvensi Nasional Partai Republik di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (27/8/2020). (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington D.C - Penghinaan di pengadilan hingga saksi yang memberikan lebih banyak guyonan daripada fakta, adalah serangkaian upaya Presiden Donald Trump untuk mengubah hasil Pemilu AS 3 November 2020 yang tidak berjalan dengan baik.

Bahkan saat ini, waktu Donald Trump kian menipis, hampir habis.

Melansir Channel News Asia, Selasa (8/12/2020), para penentu Electoral College akan bertemu pada Senin 14 Desember untuk menyatakan kemenangan Joe Biden. Sehari setelahnya, Selasa 15 Desember, adalah batas waktu bagi setiap negara bagian untuk menyelesaikan perihal tersebut.

Adapun sejumlah usaha Trump untuk menodai hasil suara pemilu dengan klaim penipuan yang tidak berdasar adalah berita bahwa mantan Wali Kota New York Rudy Giuliani dirawat di rumah sakit karena COVID-19.

Giuliani (76) telah memimpin tim hukum kampanye Donald Trump, mengajukan tuntutan hukum yang dimaksudkan untuk mengungkap penipuan surat suara dan melakukan audiensi publik di negara bagian di mana Trump kalah dengan suara tipis.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Tuduhan Terhadap Giuliani

Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump. (Liputan6/AP)

Sebuah surat yang diterbitkan pada Senin 7 Desember oleh lebih dari 1.500 pengacara dari seluruh penjuru AS membuat poin yang sama, menuduh Giuliani dan pengacara lainnya mengajukan "klaim pengadilan yang sembrono" dalam upaya untuk "merusak kepercayaan warga pada integritas pemilu".

Mereka mencatat bahwa pejabat keamanan pemilu dan jaksa agung Trump yang berusia 74 tahun, Bill Barr, mengatakan tidak ada bukti penipuan suara yang signifikan.

"Rentetan litigasi Presiden Trump adalah dalih untuk kampanye merusak kepercayaan publik pada hasil pemilu 2020, yang pasti akan menumbangkan demokrasi konstitusional," kata mereka. 

"Sayangnya, agen dan pendukung utama Presiden dalam upaya ini adalah pengacara, yang diwajibkan oleh sumpah dan aturan etis mereka untuk menegakkan supremasi hukum."

Tidak ada penolakan terhadap Trump yang lebih kuat daripada di Georgia, di mana pejabat Republik dari gubernur telah menolak upayanya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya