Liputan6.com, New York - John Lennon pentolan The Beatles tewas dibunuh pada 40 tahun lalu, 8 Desember 1980. Ia ditembak di tangga apartemen Dakota di New York.
Sejak saat itu, Lennon menyandang status legendaris. Seperti musisi lain yang mati muda atau dalam masa puncaknya.
Advertisement
Dikutip dari BBC, Selasa (8/12/2020), selain mendapatkan gelar "legenda", Lennon telah diangkat menjadi sesuatu yang sama samar-samar seperti cerita rakyat atau sebuah mitos.
Biasanya gelar legenda diberikan untuk pahlawan. Sedangkan, mitos diberikan untuk sesuatu yang lebih besar dari itu, seperti dewa. John Lennon dianggap telah mencapai semacam keabadian yang nyata semacam itu.
Hal itu dapat terjadi berkat penggunaan citranya dalam karya fiksi dan drama. Kehidupan Lennon telah dibuat menjadi romantis, dibangkitkan dan ditulis ulang ke dalam bentuk novel, buku dan film.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dianggap sebagai Orang Suci
"Setelah kematian Lennon, dalam beberapa jam muncul penggambarannya sebagai sosok yang digambarkan dengan cara yang benar-benar suci dan bersih terhadap kepribadiannya, selera humornya, atau sesama Beatles. Paul pernah mengatakan bahwa Lennon menjadi Martin Luther Lennon," kata Rob Sheffield, seorang penulis untuk Majalah Rolling Stone dan pengarang buku Dreaming The Beatles tahun 2017.
Secara alami, gedung Dakota menjadi titik fokus bagi para penggemarnya di hari-hari setelah penembakan, tempat itu berubah menjadi lautan bunga dan catatan duka. Ratusan orang mengadakan persembahan diam-diam di tangga Lincoln Memorial di Washington DC.
Stasiun radio tidak memutar apa pun kecuali lagu Lennon dan Beatles selama berhari-hari, dan toko rekaman menjual habis album Double Fantasy Lennon-Ono. Selain itu, ada beatifikasi serupa yang terjadi yakni sebuah lukisan dinding yang muncul di sisi jalan tersembunyi di Praha, yang menghiasi selama bertahun-tahun dan diyakini sebagai kuil.
Meskipun ada upaya untuk menghapusnya atau menutupinya, sekarang menjadi objek wisata dan perhentian reguler pada tur wisata di ibu kota Ceko.
"Dapat dimengerti bahwa pada saat peristiwa pembunuhan itu terjadi, orang-orang ingin berpura-pura bahwa dia adalah orang suci, tapi itu adalah klaim terakhir yang dibuat Lennon untuk dirinya sendiri," kata Sheffield.
Namun, Lennon jelas bukan orang suci dalam imajinasi apa pun. Lima tahun lalu, sebuah dokumen hukum muncul yang menampilkan pernyataan dari Dorothy Jarlett selaku pengurus rumah tangga Lennon ketika dia menikah dengan istri pertamanya Cynthia, ia menyebut bahwa Lennon adalah seorang agresif dan kasar kepada putra mereka Julian.
Dalam sebuah wawancara dengan Playboy, yang diterbitkan dua hari sebelum dia meninggal, Lennon mengakui bahwa dirinya dulu kejam kepada pasangannya atau pada wanita mana pun. Ia adalah seorang pemukul.
Namun ini adalah Lennon yang jarang kita lihat dalam budaya populer.
Advertisement
Empati Rekan Lennon Setelah Kematiannya
Sheffield mengatakan bahwa setelah kematian Lennon, anggota lainnya yakni Paul, Ringo, dan George adalah menjadi pihak yang dirugikan. Setelah kematiannya, orang-orang melampiaskan kesedihan mereka pada Paul dengan cara yang sangat kejam dan tidak adil.
Tidak ada yang memiliki kata-kata yang baik untuk Paul selama bertahun-tahun setelah itu, hanya karena orang-orang ingin menjadikan Lennon sebagai sosok yang dianggap suci.
Rekan-rekan Lennon serta komunitas pop yang lebih luas telah menunjukkan empatinya terhadap peristiwa kematian tersebut. Salah satunya adalah George Harrison dengan membuat lagu All That Years Ago pada tahun 1981 untuk Lennon, McCartney dengan Here Today setahun kemudian dan Bob Dylan bernyanyi tentang kematian Lennon dengan Roll On John tahun 2012.
Sementara Elton John yang merupakan teman dekat Lennon, merekam Empty Garden (Hey Hey Johnny) pada tahun 1982.
Entah sebagai orang suci, dewa atau apapun itu, penggambaran Lennon dalam budaya populer telah digambarkan jauh dari realitas dirinya sendiri.
Tapi, kata David Quantick, semua itu mungkin tidak sebanding dengan romantisme terbesar John Lennon - dirinya sendiri.
“Pada lagu Ballad John and Yoko, ia pada dasarnya menulis legendanya sendiri di sana. Dia terobsesi pada diri sendiri sampai tingkat yang luar biasa. Jadi tidak mengherankan jika orang lain melakukan itu juga" ujar David Quantick, seorang novelis.
Reporter: Ruben Irwandi
Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah COVID-19
Advertisement