Liputan6.com, London - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO berjanji agar vaksin COVID-19 dapat dinikmati secara merata di seluruh dunia melalui program COVAX. Negara maju seperti Australia turut menyediakan pinjaman ke negara berkembang untuk membantu di masa pandemi. Meski begitu, aktivis curiga para negara kaya menimbun vaksin COVID-19.
Aktivis organisasi keadilan sosial seperti Amnesty International, Oxfam, dan Global Justice Now berkata negara-negara kaya memiliki mayoritas vaksin. Warga mereka pun dapat divaksin berkali-kali karena negara kayak sudah memborong vaksin COVID-19.
Baca Juga
Advertisement
Analisis tiga organisasi itu menyebut negara kayak menimbun 53 persen vaksin yang tersedia, meski negara kaya hanya 14 persen, seperti dilansir BBC, Rabu (9/12/2020).
Mereka memberi contoh bahwa Kanada bisa menyuntik semua warganya sebanyak lima kali jika vaksinnya mendapat izin.
"Tak boleh ada orang yang tak mendapat vaksin yang menyelamatkan nyawa akibat negara tempat tinggal mereka atau jumlah uang di dompet mereka," ujar Anna Marriott, manajer kebijakan kesehatan Oxfam.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Oxfam: Miliaran Orang Terancam Tak Dapat Vaksin
People's Vaccine Alliance berkata hampir 70 negara berpenghasilan rendah hanya dapat memberi vaksin pada satu dari 10 orang.
Itu terjadi meski Universitas Oxford/AstraZeneca telah berjanji untuk menyediakan 64 persen dari dosis vaksin COVID-19 untuk negara-negara berkembang.
Anna Marriott dari Oxfam berkata miliaran orang terancam tak bisa mendapat vaksin.
"Kecuali ada sesuatu yang berubah secara drastis, miliaran orang di seluruh dunia tidak akan mendapat vaksin yang aman dan efektif untuk COVID-19 selama tahun-tahun ke depan," ujar Marriott.
People's Vaccine Alliance meminta agar perusahaan-perusahaan farmasi agar membuka teknologi mereka kepada WHO agar miliaran dosis bisa dimanufaktur dan disediakan bagi semua orang.
Advertisement
Inggris Mulai Suntik Vaksin COVID-19 Buatan Pfizer
Pemerintah Inggris mulai menyuntik vaksin COVID-19 ke masyarakat. Vaksin yang digunakan adalah buatan Pfizer yang baru tiba beberapa hari lalu.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock ingin sudah ada vaksinasi sebelum Natal 2020. Rencana itu sudah berhasil diwujudkan.
Pada Selasa kemarin, BBC melaporkan bahwa seorang wanita bernama Margaret Keenan jadi orang pertama di Inggris yang mendapat vaksin COVID-19. Ia berusia 90 tahun.
Menkes Hancock mengaku senang saat menyaksikan vaksinasi Keenan yang akan berulang tahun ke-91 pada pekan depan.
Uniknya, orang nomor dua yang mendapat vaksin adalah pria bernama William Shakespeare, mirip seperti nama sastrawan masyhur di Inggris.
Shakespeare yang menerima vaksin berasal dari Warwickshire. Lokasi itu merupakan tempat lahirnya Shakespeare sang sastrawan.
Inggris akan terus menyuntik vaksin COVID-19 untuk tenaga kesehatan garis depan, lansia berusia di atas 80 tahun, dan petugas rumah rawat.
Infografis COVID-19:
Advertisement