Mengapa Monako Punya Putri-Pangeran tapi Tak Ada Raja-Ratu?

Padahal, penguasa monarki Monako dikatakan punya tanggung jawab lebih dari raja pada umumnya.

oleh Asnida Riani diperbarui 10 Des 2020, 08:02 WIB
Pangeran Jacques dari Kerajaan Monako (kanan) memberi hormat di sebelah Putri Gabriella selama perayaan yang menandai Hari Nasional Monako di Istana Monako, 19 November 2020. (Valery HACHE / POOL / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pangeran Albert II adalah penguasa Kerajaan Monako dengan gelar Yang Mulia (HSH). Ia sekaligus kepala negara resmi, serta pemegang kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Melansir laman Vogue US, Rabu, 9 Desember 2020, Albert mungkin memiliki lebih banyak tanggung jawab daripada raja pada umumnya. Ia tercatat sebagai keturunan dari dinasti tertua di Eropa yang diperkirakan berusia 700 tahun. Tapi, ia tak memegang 'ibu' dari semua gelar kerajaan, yakni Raja.

Bukan karena skandal, namun itu hanyalah bagaimana sistem Kerajaan Maroko berjalan. Ayah Albert, Rainier, juga seorang pangeran. Sementara, ibunya, Grace Kelly, selalu seorang putri, tak pernah jadi ratu.

Sama dengan kakek-neneknya, kakek buyut, nenek buyutnya, dan seterusnya. Tapi, mengapa, ketika Inggris, Jepang, Norwegia, Swedia, Denmark, dan sekelompok negara lain memiliki raja dan ratu, sementara Monako hanya punya pangeran dan putri?

Ini ternyata kembali jauh ke dalam sejarah Monako. Monako selalu jadi negara kecil, dan, untuk perlindungan, pihaknya bersekutu. Pasalnya, di beberapa titik, wilayah Monako diklaim 'dicaplok' negara-negara besar dengan penguasa yang sangat kuat alias kerajaan, atau negara yang diperintah seorang raja atau ratu.

Jadi, penguasa Monako 'menata' diri mereka sendiri sebagai pangeran dan putri. Itu, menurut definisi, menjadikan negara sebagai kerajaan, atau yang diperintah oleh pangeran atau putri. Meski monarki Monako akhirnya bertahan lebih lama dari sebagian besar Eropa, gelar tersebut tetap dipertahankan.

Pangeran Albert II membahas semuanya di Larry King Weekend pada 2002 lalu, ketika ayahnya, Pangeran Rainier, masih memegang takhta.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perjuangan Melawan COVID-19

Pangeran Albert dari Monako menerima perintah kehormatan dari Presiden Serbia setelah pertemuan mereka di Beograd pada 7 Oktober 2020. (Andrej ISAKOVIC / AFP)

Berbicara soal Pangeran Albert, belum lama ini ia menceritakan perjalanannya menuju pemulihan setelah didiagnosa positif corona COVID-19, beberapa bulan lalu, tak berakhir setelah karantina.

Kerajaan dinyatakan positif COVID-19 pada Maret dan merupakan kepala negara pertama yang tertular virus. Penguasa Monako dan putra mantan aktris Hollywood Grace Kelly itu menghabiskan dua minggu isolasi di istana.

Pria 62 tahun, yang kembali ke rumah untuk istrinya Putri Charlene dan anak kembar mereka yang berusia lima tahun setelah karantina berakhir pada 31 Maret, sempat batuk kecil, menurut People. Albert juga mengalami gejala berbeda yang berlangsung hingga Juni.

Albert mengatakan bahwa infeksi awalnya adalah kasus yang sangat ringan. Namun, ia menderita saat kelelahan yang berlangsung lama. "Segera setelah karantina, saya merasa lebih baik, tapi saya masih merasa kurang sehat," Albert mengakui.

Albert mengungkap, episode reguler dari kelelahan intermiten berlangsung hingga Juni. "Tak setiap hari, tapi dua, tiga kali seminggu," jelasnya


Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah COVID-19

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya