Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Budi Sadikin mengatakan keseimbangan penggunaan energi di Indonesia kurang tepat. Alasannya, meski Indonesia merupakan negara surplus energi sejak 50 tahun terakhir, namun sebagian besar penggunaan energi justru harus impor dari luar negeri.
"Kita surplus energi dalam 50 tahun terakhir, tapi sayangnya kita mengalami ketidaksesuaian energi," kata Budi dalam Global Energy Transitions and The Implications For Indonesia, Jakarta, Rabu, (9/12).
Advertisement
Padahal, lanjut Budi, tidak semua negara di dunia diberkahi surplus energi, selaiknya Indonesia. Tiga sumber energi Indonesia yang melimpah antara lain batu bara, minyak dan gas.
Namun faktanya batu bara yang ada di Indonesia diekspor keluar negeri. Kemudian mengimpor minyak mentah untuk digunakan untuk transportasi dan gas LPG untuk digunakan di sektor rumah tangga.
Budi menuturkan, konsumsi energi terbesar di Indonesia digunakan untuk transportasi. Semua alat transportasi yang digunakan di Indonesia 100 persen menggunakan minyak.
"Ini ada ketidaksesuaian energi. Kita kekurangan minyak, makanya kita impor dari luar," kata dia.
Konsumsi energi terbesar kedua yakni sektor industri. Penggunaan energi di sektor ini disebut jauh lebih baik karena penggunaanya mencapai 29 persen. Penggunaan energi di industri juga berasal dari sumber energi yang ada di Indonesia, tidak seperti sektor transportasi yang mengandalkan minyak 100 persen.
Komponen penggunaan energi terbesar lainnya konsumsi rumah tangga. Sektor ini menggunakan 15 persen energi yang setara 1.000 barel minyak. Sayangnya dari jumlah tersebut 50 persen diantaranya menggunakan gas LPG yang juga merupakan energi impor.
"Dari 15 persen ini, 50 persen ini pakai LPG yang kita tidak punya," kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
SKK Migas: Selama Pandemi Covid-19, Perusahaan Migas Beralih ke Energi
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan selama pandemi covid-19 terdapat sebagian perusahaan Minyak dan Gas mulai beralih menjadi perusahaan energi, salah satunya PT Medco Energi Internasional Tbk.
“Ada hal menarik selama pandemi, ada perubahan bisnis secara global, sebagian perusahaan migas kini mulai melirik menjadi perusahaan energi termasuk Medco,” kata Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Susana Kurniasih, dalam media gathering Medco E&P, Selasa (8/12/2020).
Menurutnya memang tahun 2020 ini semua menyaksikan perubahan di sektor bisnis yang luar biasa, dengan adanya pandemi covid-19, yang membuat semua orang harus melakukan penyesuaian agar bisnis bisa berjalan dengan baik.
Begitupun di sektor energi pada awal covid-19 beberapa kontraktor sempat mengajukan lockdown karena belum memiliki tata cara yang baik untuk pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mengawal kegiatan harian.
“Tetapi oleh manajemen SKK Migas bisnis tidak boleh lockdown melainkan slowdown mengikuti arahan Pemerintah, betapa energi itu harus tetap dilakukan untuk mengawal penyelenggaraan energi untuk negara kita,” ujarnya.
Lanjut Susana, sekarang tak terasa sudah berada diakhir tahun 2020, dan ternyata sampai hari ini kegiatan dapat dilakukan dengan baik, beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) dapat mencapai target termasuk perusahaan Medco Energi Internasional Tbk..
Bahkan Medco Energi Internasional Tbk tahun ini panen sumur-sumur eksplorasi. Oleh karena itu SKK Migas mengucapkan selamat kepada jajaran manajemen Medco Energi Internasional pada pencapaian ini.
“Kami mengerti bahwa semua capaian ini bukan hal sederhana karena merupakan hasil perjuangan yang tak henti yang akhirnya menghasilkan kinerja yang luar biasa,” pungkasnya.
Advertisement