Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Budi Sadikin menilai, sebaiknya Indonesia mulai mengubah pola konsumsi energi. Indonesia harus mulai beralih menggunakan energi yang bisa diciptakan sendiri dari sumber yang telah ada. Salah satunya dengan menggunakan energi listrik.
Energi listrik dinilai sebagai energi dengan format menengah. Listrik bisa diciptakan dari berbagai sumber energi yang dimiliki seperti batubara, gas, panas bumi, energi matahari, angin, air dan sebagainya.
Advertisement
"Listrik ini format menengah dalam penggunaan energi dan listrik bisa diciptakan dari berbagai sumber," kata Budi.
Sektor transportasi yang selama ini mengandalkan minyak juga bisa diganti dengan listrik. Sebagai sektor yang paling besar menggunakan minyak impor, sektor ini dipercaya akan banyak membawa perubahan demi menyeimbangkan penggunaan energi.
"Kalau kita bisa menyelesaikan masalah utama di transportasi, mengubah dari minyak ke listrik kita akan menyeimbangkan penggunaan energi kita," kata dia.
Begitu juga dengan penggunaan listrik pada konsumsi rumah tangga. Sebab, selama ini gas yang digunakan untuk memasak tersebut impor dari luar negeri. Peralihan penggunaan energi ini bakal memaksimalkan upaya menyeimbangkan neraca penggunaan energi.
"Dengan penggunaan listrik, maka neraca penggunaan energi kita akan semakin seimbang," kata dia.
Peralihan penggunaan listrik juga bisa berdampak pada fluktuasi nilai tukar rupiah yang meningkat. Suku bunga bank akan menjadi lebih baik karena risiko nilai tukarnya akan dinormalisasi. Sehingga membawa dampak pada sektor makro ekonomi dan pasar keuangan.
"Dengan mengubah kebijakan konsumsi energi dan memiliki kelebihan energi ini akan bermanfaat untuk Indonesia," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kaya Sumber Energi, Indonesia Masih Berstatus Negara Importir
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Budi Sadikin mengatakan keseimbangan penggunaan energi di Indonesia kurang tepat. Alasannya, meski Indonesia merupakan negara surplus energi sejak 50 tahun terakhir, namun sebagian besar penggunaan energi justru harus impor dari luar negeri.
"Kita surplus energi dalam 50 tahun terakhir, tapi sayangnya kita mengalami ketidaksesuaian energi," kata Budi dalam Global Energy Transitions and The Implications For Indonesia, Jakarta, Rabu, (9/12).
Padahal, lanjut Budi, tidak semua negara di dunia diberkahi surplus energi, selaiknya Indonesia. Tiga sumber energi Indonesia yang melimpah antara lain batu bara, minyak dan gas.
Namun faktanya batu bara yang ada di Indonesia diekspor keluar negeri. Kemudian mengimpor minyak mentah untuk digunakan untuk transportasi dan gas LPG untuk digunakan di sektor rumah tangga.
Budi menuturkan, konsumsi energi terbesar di Indonesia digunakan untuk transportasi. Semua alat transportasi yang digunakan di Indonesia 100 persen menggunakan minyak.
"Ini ada ketidaksesuaian energi. Kita kekurangan minyak, makanya kita impor dari luar," kata dia.
Konsumsi energi terbesar kedua yakni sektor industri. Penggunaan energi di sektor ini disebut jauh lebih baik karena penggunaanya mencapai 29 persen. Penggunaan energi di industri juga berasal dari sumber energi yang ada di Indonesia, tidak seperti sektor transportasi yang mengandalkan minyak 100 persen.
Komponen penggunaan energi terbesar lainnya konsumsi rumah tangga. Sektor ini menggunakan 15 persen energi yang setara 1.000 barel minyak. Sayangnya dari jumlah tersebut 50 persen diantaranya menggunakan gas LPG yang juga merupakan energi impor.
"Dari 15 persen ini, 50 persen ini pakai LPG yang kita tidak punya," kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement