Saham Teknologi Ambruk, Wall Street Ditutup Merosot Usai Cetak Rekor Tertinggi

Pasar saham di Amerika Serikat (AS) jatuh pada perdagangan Rabu, mundur dari rekor tertinggi yang berhasil dicapai sebelumnya.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Des 2020, 06:30 WIB
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Amerika Serikat (AS) jatuh pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), mundur dari rekor tertinggi yang berhasil dicapai sebelumnya. Hal ini karena saham teknologi merosot dan para investor mempertimbangkan prospek stimulus fiskal baru.

Dikutip dari CNBC, Kamis (10/12/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup turun 105,07 poin atau 0,35 persen pada level 30.068,81. S&P 500 turun 0,8 persen menjadi 3.672,82.

Sedangkan Nasdaq Composite turun 1,9 persen dan ditutup pada 12.338,95. Di awal sesi, Dow naik lebih dari 100 poin. Ketiga indeks saham tersebut juga sempat menyentuh rekor harian baru.

Saham Apple menjadi salah satu komponen Dow dengan kinerja terburuk, dengan jatuh lebih dari 2 persen. Salesforce turun 3,2 persen. Sektor teknologi S&P 500 turun 1,9 persen untuk memimpin indeks yang lebih rendah.

Facebook turun 1,9 persen setelah Komisi Perdagangan Federal, bersama dengan beberapa negara bagian, mengajukan tuntutan hukum yang dapat memaksa raksasa media sosial itu untuk mendivestasi Instagram dan WhatsApp.

NXP Semiconductor dan Qorvo masing-masing turun lebih dari 5 persen dan termasuk di antara saham chip berkinerja terburuk pada hari Rabu.

VanEck Vectors Semiconductor ETF (SMH) ditutup 3,1 persen lebih rendah. Sektor teknologi secara keseluruhan berada di bawah tekanan bahkan setelah DoorDash menjadi perusahaan terbaru dari sektor tersebut yang membuat debut pasar publik yang spektakuler. Saham DoorDash ditutup lebih tinggi 85 persen.

"Saya pikir kita mengalami sedikit kesulitan setelah mencapai titik tertinggi baru," kata Keith Lerner, Kepala Strategi Pasar di Truist.

Rata-rata saham utama memberikan kembali keuntungan awal mereka setelah Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan kepada Politico bahwa Partai Republik dan Demokrat masih mencari jalan ke depan untuk bantuan fiskal tambahan.

Pernyataan itu muncul setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Selasa mengajukan paket stimulus USD 916 miliar kepada Ketua DPR Nancy Pelosi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Stimulus Fiskal dan Kasus Covid-19

Kendaraan hias terlihat di jalanan dalam Parade Hari Thanksgiving Macy's di New York, Amerika Serikat (26/11/2020). Akibat pandemi COVID-19, Parade Hari Thanksgiving Macy's tahun ini tidak dibuka bagi publik untuk disaksikan di lokasi dan hanya ditayangkan melalui televisi. (Xinhua/Wang Ying)

Sementara itu, McConnell mengatakan dia ingin Kongres mengesahkan RUU bantuan virus corona tanpa kekebalan hukum untuk bisnis maupun bantuan pemerintah negara bagian dan lokal.

Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer, D-N.Y., Mengatakan proposal McConnell untuk memajukan pembicaraan stimulus tanpa bantuan pemerintah negara bagian dan lokal bukanlah itikad baik.

"Proses stimulus fiskal AS telah berubah agak sengit, tetapi Kongres memiliki 1,5 minggu lagi untuk mencoba dan mencapai kompromi (karena batas waktu anggaran akan didorong hingga 18 Desember," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge.

Negosiasi yang tidak stabil terjadi di tengah hari-hari terburuk pandemi virus corona sejauh ini. Lebih dari 200.000 orang Amerika dites positif terkena virus corona rata-rata per hari, menurut analisis CNBC dari data Universitas Johns Hopkins.

Di Amerika Serikat, telah muncul 1 juta kasus baru hanya dalam empat hari, sehingga total kasus Covid-19 secara nasional mencapau lebih dari 15 juta.


Infografis Protokol Kesehatan

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya