Peretas Curi Data Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech di Eropa

Pfizer dan BioNTech mengatakan bahwa dokumen terkait vaksin COVID-19 mereka telah diakses secara tidak sah.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Des 2020, 07:30 WIB
Banner Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta- Perusahaan pembuat obat Amerika Serikat Pfizer dan mitranya, perusahaan Jerman, BioNTech mengatakan pada 9 Desember bahwa dokumen terkait pengembangan vaksin COVID-19 mereka telah "diakses secara tidak sah" atau diretas, dalam serangan siber terhadap regulator obat-obatan Eropa.

Dikutip dari Channel News Asia, Kamis (10/12/2020) European Medicines Agency (EMA), yang meninjau obat-obatan dan vaksin untuk Uni Eropa, juga mengungkap bahwa beberapa jam sebelumnya, pihaknya telah menjadi sasaran serangan di internet. 

Namun belum adanya informasi lebih lanjut terkait hal itu. 

Baik Pfizer dan BioNTech tidak meyakini adanya data pribadi peserta uji coba vaksin yang telah dicuri, dan EMA "telah meyakinkan kami bahwa serangan di internet tidak akan berdampak pada urutan waktu peninjauannya". 

Sementara itu, belum adanya informasi tentang waktu dan bagaimana peretasan itu terjadi, termasuk pihak yang bertanggung jawab atau informasi lain yang mungkin juga diretas.

Kedua perusahaan tersebut menerangkan, bahwa pihaknya telah diberitahu oleh EMA "bahwa badan tersebut telah menjadi sasaran serangan di internet dan beberapa dokumen yang berkaitan dengan pengajuan peraturan untuk calon vaksin COVID-19 Pfizer dan BioNTech" telah dilihat.

Menurut para ahli, dokumen seperti itu bisa sangat penting bagi negara-negara dan perusahaan lain yang terburu-buru dalam mengembangkan vaksin. 

Marc Rogers, pendiri grup relawan yang menangani pelanggaran terkait COVID-19, CTI-League memaparkan, ""Terkait data yang diserahkan ke badan pengatur seperti ini, kita berarti membicarakan tentang informasi rahasia terkait vaksin dan mekanisme kerjanya, efisiensinya, risikonya dan kemungkinan efek samping yang diketahui serta aspek unik apa pun seperti pedoman penanganan". 

"(Peretasan) ini juga memberikan informasi rinci tentang pihak lain yang terlibat dalam pasokan dan distribusi vaksin, serta berpotensi secara signifikan meningkatkan serangan terhadap vaksin," tambahnya. 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Berikut Ini:


Segera Diselidiki

Banner Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Kedua perusahaan menjelaskan, bahwa "tidak adanya sistem BioNTech atau Pfizer yang terdampak sehubungan dengan insiden itu dan kami tidak mengetahui bahwa setiap peserta studi telah diidentifikasi melalui data yang diakses".

Badan tersebut kini sedang menyelidiki peretasan itu dengan bantuan dari penegak hukum setempat. 

"EMA tidak dapat memberikan rincian tambahan saat penyelidikan sedang berlangsung," terang EMA dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, seorang juru bicara BioNTech enggan untuk memberikan komentar lebih lanjut. Hal serupa juga dilakukan oleh pihak dari Pfizer.

Diketahui bahwa vaksin COVID-19 dari Pfizer-BioNTech merupakan pesaing teratas dalam perlombaan global untuk mengalahkan Virus Corona.

EMA telah menyatakan akan menyelesaikan peninjauan vaksinnya pada 29 Desember, meskipun jadwal tersebut diperkirakan dapat berubah.

Selama pandemi COVID-19, upaya peretasan terhadap layanan kesehatan dan organisasi medis telah meningkat. 

Disebutkan dalam laporan Reuters sebelumnya, bahwa terdapat tuduhan terkait upaya peretasan yang dilakukan dalam kesempatan terpisah di sejumlah negara yakni Korea Utara, Korea Selatan, Iran, Vietnam, China, dan Rusia. 


Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah COVID-19

Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya