IDI: 194 Dokter Meninggal karena Covid-19 Per 10 Desember 2020

Data ini merupakan akumulasi kematian dokter sejak awal pandemi Covid-19 hingga hari ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Des 2020, 09:52 WIB
Petugas kamar jenazah membawa jenazah korban COVID-19 di kamar jenazah sebuah rumah sakit di Barcelona, Spanyol, 5 November 2020. Seperti dokter dan perawat, petugas kamar jenazah adalah bagian dari sekelompok pekerja penting di tengah pandemi. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Muhammad Adib Khumaidi, mengatakan 194 dokter meninggal karena Covid-19. Data ini merupakan akumulasi kematian dokter sejak awal pandemi Covid-19 hingga hari ini.

"Per hari ini kita sudah ada 194 (dokter meninggal karena Covid-19)," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Kamis (10/12/2020).

Adib menjelaskan, pada pertengahan November 2020, jumlah dokter yang meninggal karena Covid-19 masih 180 orang. Pekan terakhir November meningkat sekitar 5 dokter, sehingga menjadi 185.

Dalam sembilan hari terakhir dalam bulan Desember ini, jumlah dokter yang meninggal karena Covid-19 bertambah 9. Adib menyebut, dari 194 dokter meninggal, sebaran terbanyak ada di lima provinsi. Yakni, Jawa Timur, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

"Disusul daerah lain seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan," tandasnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bisa Ganggu Pelayanan Kesehatan

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengkhawatirkan bahwa berkurangnya dokter atau tenaga kesehatan lain karena terinfeksi Virus Corona baru penyebab COVID-19, dapat mengganggu pelayanan kesehatan bagi banyak masyarakat.

Ketua Umum IDI, Daeng M. Faqih, mengatakan, untuk menghasilkan satu dokter dan tenaga kesehatan lainnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan biaya yang tidak murah.

"Untuk dokter spesialis bisa mencapai waktu 10 sampai 15 tahun," kata Daeng dalam dialog virtual dari Graha BNPB pada Senin (30/11/2020).

"Dan, biayanya mahal sekali," Daeng menambahkan.

Selain itu, lanjut Daeng, satu dokter di Indonesia bisa dibutuhkan oleh sekitar lima sampai seratus ribu orang.

"Jadi, kalau satu meninggal, itu berarti potensinya lima ribu sampai seratus ribu orang itu tidak terlayani oleh dokter. Itu sayang sekali kalau petugas kesehatan harus meninggal," kata Daeng.

Daeng, menambahkan, dalam penanganan pandemi Virus Corona, apabila satu dokter atau tenaga kesehatan meninggal, orang yang melakukan pelayanan terhadap pasien COVID-19 juga akan berkurang.

Reporter: Supriatin

Sumber: Merdeka

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya