Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Kurs rupiah terkoreksi seiring masih buntunya negosiasi terkait paket stimulus di Amerika Serikat.
Mengutip Bloomberg, Kamis (10/12/2020), rupiah dibuka di angka 14.095 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.111 per dolar AS.
Advertisement
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.095 per dolar AS hingga 14.115 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,77 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.130 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.164 per dolar AS.
"Pagi ini terlihat nilai tukar emerging markets menguat terhadap dolar AS karena mendapatkan sentimen positif dari vaksin," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Kamis (10/12/2020).
Vaksin yang sudah mendapatkan persetujuan sudah mulai disuntikkan ke publik di Inggris. Di AS, pengajuan persetujuan penggunaan untuk vaksin Pfizer sudah mencapai tahap akhir.
Namun di sisi lain, lanjut Ariston, kebuntuan negosiasi stimulus fiskal AS untuk membantu pemulihan ekonomi di tengah pandemi bakal memberikan tekanan untuk aset berisiko.
"Sampai hari ini kesepakatan belum tercapai antara dua partai," ujarnya.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah bisa bergerak menguat terbatas di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.180 per dolar AS.
Pada Selasa (8/12) lalu, rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.110 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.105 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Prediksi Rupiah Bakal Terus Menguat
Bank Indonesia (BI) mencermati nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat. Hal ini didukung oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar rupiah pada 18 November 2020 menguat sebesar 3,94 persen point to point dibandingkan dengan level akhir Oktober 2020.
"Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74 persen point to point atau 0,67 persen secara rata-rata dibandingkan dengan tingkat September 2020," jelasnya dalam sesi teleconference, Kamis (19/11/2020).
Menurut dia, selain karena peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, penguatan rupiah juga terjadi seiring dengan turunnya ketidakpastian pasar keuangan global, seeta persepsi positif terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.
Dengan perkembangan ini, Perry mencatat, rupiah sampai dengan 18 November 2020 terdepresiasi sekitar 1,33 persen secara year to date jika dibandingkan akhir 2019 lalu.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring dengan levelnya yang secara fundamental masih undervalued," ujar Perry
"Hal ini didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko di Indonesia yang menurun, dan likuiditas global yang besar," tandasnya.
Advertisement