Wall Street Bergerak Campuran karena Negosiasi Stimulus Tak Kunjung Selesai

Sentimen lain yang menekan Wall Street adalah rilis data klaim pengangguran yang lebih lemah dari perkiraan.

oleh Tira Santia diperbarui 11 Des 2020, 06:30 WIB
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong bursa saham AS bergerak bervariasi tersebut karena belum selesainya pembicaraan stimulus fiskal baru untuk menangapi pandemi Covid-19.

Anggota parlemen terus berjuang agar stimulus fiskal baru tersebut bisa selesai sebelum akhir tahun. Namun sejauh ini Pembicaraan mengenai stimulus tersebut belum berakhir.

Sentimen lain yang menekan bursa saham di AS adalah rilis data klaim pengangguran yang lebih lemah dari perkiraan.

Mengutip CNBC, Jumat (11/12/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 69,55 poin atau 0,2 persen ke level 29.999,26. Untuk S&P 500 merosot 0,1 persen menjadi 3.668,10. Namun Nasdaq Composite mampu menguat dengan naik 0,5 persen dan ditutup pada 12.405,81.

Pendorong kenaikan indeks acuan Nasdaq ini karena saham Netflix dan saham Apple masing-masing naik lebih dari 1 persen.

Sedangkan saham Verizon dan IBM masing-masing turun setidaknya 1 persen dan menjadi pendorong pelemahan indeks saham Dow Jones. Sektor industrials menyeret S&P 500 menuju zona merah.

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa negosiasi bipartisan mengarah pada kemajuan besar untuk paket stimulus tambahan. Namun, Pelosi menambahkan, kedua belah pihak masih memperdebatkan pembebasan kewajiban untuk bisnis.

Demokrat kembali mendukung proposal stimulus bipartisan senilai USD 908 miliar. Namun Politico melaporkan bahwa staf Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan bahwa senat Republik tidak akan mendukung tindakan tersebut.

Kepala analis makro Aegon Asset Management Frank Rybinski mengatakan, kegagalan mencapai kesepakatan soal stimulus dapat merugikan aset berisiko dalam waktu dekat. Salah satunya adalah saham.

“Pelaku pasar sudah mengabaikan peluncuran vaksin. Jika tidak mendapatkan kabar soal stimulus pada akhir tahun, pasti bisa terjadi pergerakan risk-off di pasar, "katanya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Data Pengangguran

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sentimen lain yang mempengaruhi gerak Wall Street pada hari Kamis adalah data pengangguran AS terbaru.

Klaim pengangguran menjadi 853 ribu pada minggu lalu, melampaui perkiraan Dow Jones yang ada di angka 730 ribu.

Itu menandai jumlah klaim tertinggi yang diajukan sejak September dan pertama kalinya sejak Oktober yang mencapai 800 ribu.

"Mengingat perilaku klaim pengangguran baru-baru ini, kami kemungkinan akan melihat peningkatan lebih lanjut dalam klaim berkelanjutan di masa mendatang," tulis ekonom pasar uang Jefferies, Thomas Simons.

"Bukti terbaru menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah kasus Covid-19 memaksa penerapan kebijakan jarak sosial yang benar-benar merugikan sektor jasa ekonomi." kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya