Liputan6.com, Lhouksemauwe - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, memberikan tiga arahan dalam penanganan banjir parah di Aceh Utara. Tiga arahan ini nantinya dapat diimplementasikan dalam tiga tahapan waktu meliputi penanganan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk jangka pendek menurut Doni adalah, memberikan perlindungan kepada masyarakat yang terdampak, khususnya bagi mereka yang menjadi korban, termasuk bagi yang berada di pengungsian.
Dalam masa pandemi Covid-19, Doni Monardo yang juga menjabat Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 meminta, pihak penyelenggara pengungsian memisahkan antara kelompok rentan dengan mereka yang usia muda.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu dilakukan mengingat penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih berpotensi terjadi dari mereka yang berusia muda dan memiliki mobilitas tinggi kepada para kelompok rentan.
Apabila kemudian ada yang terjangkit Covid-19 tanpa gejala dan tidak sengaja menulari para kelompok rentan di pengungsian, maka hal itu dapat menjadi lebih buruk.
Adapun menurut Doni, kelompok yang masuk dalam kategori rentan tersebut meliputi lansia, kemudian bagi mereka yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid, ibu hamil dan menyusui serta anak balita.
"Itu wajib dipisahkan tidak boleh disatukan dengan kelompok yang usia muda," kata Doni, Kamis (10/12/2020).
"Demikian juga mereka yang dalam kondisi hamil dan sedang menyusui serta anak balita," imbuhnya.
Dari segi penanganan darurat, BNPB akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mempercepat proses pengerukan sumbatan dan sedimentasi di bagian hilir agar genangan banjir Aceh segera surut.
"Kami juga akan memberikan dukungan bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk mempercepat agar aliran air yang ada di darat ini segera masuk ke laut," kata Doni.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Perbaikan Infrastruktur
Dari pantauan langsung dari pesawat sebelum mendarat, Doni melihat sendiri bahwa bagian hilir sungai mengalami penyempitan, sehingga hal itu harus segera ditangani dengan mengerahkan sejumlah alat berat.
"Saya melihat adanya pendangkalan muara sungai dan penyempitan. Sehingga kita akan segera menyiapkan backhoe dan kendaraan amphibi," jelas Doni.
Dalam rangka mendukung upaya penanganan darurat jangka pendek tersebut, Doni Monardo memberikan bantuan langsung berupa kebutuhan logistik dan peralatan berupa 1 unit tenda pengungsi, 5.000 paket swab antigen, 100.000 masker kain, 10.000 masker KF94, 100 lembar matras, 100 lembar selimut.
Bantuan tersebut juga diberikan kepada sejumlah Kabupaten/Kota yang terdampak banjir seperti Kota Lhoksumawe, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Bener Meriah dan Provinsi Aceh.
Kemudian untuk jangka menengah, BNPB akan memberikan dukungan dalam rangka pembangunan atau pemulihan kembali infrastruktur bersama Kementerian PUPR, terutama perbaikan tanggul dan bantaran sungai yang rusak dengan konsep ekologi dan konservasi lingkungan.
Menurut Doni konsep ekologi yang akan diterapkan adalah penguatan tanggul dengan tanaman vetiver atau yang lebih dikenal dengan akar wangi.
"Selain membangun kembali atau memulihkan kembali infrastruktur terutama tanggul-tanggul, ini nanti akan sandingkan dengan tanaman vetiver atau akar wangi," kata Doni.
Sebagaimana diketahui bahwa akar tanaman vetiver memiliki kekuatan yang setara dengan 1/6 dari kekuatan kawat baja. Akar vetiver tersebut juga dapat tumbuh mencapai lebih dari lima meter ke dalam tanah dan dapat memperkuat tanggul beton.
"Ini akan membantu memperkuat tanggul-tanggul yang selama belasan tahun ini mengalami kerusakan," kata Doni.
Advertisement
Konsep Jangka Panjang
Selanjutnya untuk konsep jangka panjang, Doni mengajak seluruh pemangku kebijakan di daerah untuk mempertahankan ekosistem yang ada di hulu, khususnya di Kabupaten Bener Meriah.
Ke depannya, dia meminta agar tidak ada alih fungsi lahan untuk kepentingan segelintir individu maupun kelompok.
"Tidak boleh ada alih fungsi lahan. Kita kembalikan fungsi konservasinya," kata Doni.
Di sisi lain, Doni juga memberikan catatan agar dalam upaya pelestarian ekosistem di bagian hulu tersebut agar memperhatikan aspek ekonomisnya.
Artinya, selain memberikan manfaat secara ekologis tetapi juga harus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Oleh sebab itu, pihaknya akan memberikan rekomendasi beberapa jenis tanaman yang dapat memberikan dua manfaat tersebut, seperti pohon alpukat, petai, sukun dan jenis tanaman lainnya.
"Tetapi juga masyarakat tentu harus mandapatkan nilai ekonomis dari kegiatan yang kita lakukan," kata Doni.
"Punya nilai ekonomis tetapi fungsi ekologisnya tidak boleh hilang. Oleh karena itu beberapa jenis tanaman nanti akan dipilih," pungkasnya.
Sebagaimana informasi sebelumnya, banjir dengan tinggi muka air (TMA) 20-200 sentimeter merendam 14 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara sejak Jumat (4/12).
Peristiwa yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi ditambah buruknya daerah aliran sungai itu telah memaksa 19.476 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Selain itu, banjir juga menyebabkan 5 orang meninggal dunia, sebagaimana laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Utara pada Kamis (10/12) pukul 13.00 WIB.