Liputan6.com, Jakarta Venna Melinda membuat keputusan besar tahun ini. Ibunda Verrell Bramasta mengenakan jilbab, menandai babak baru di hidupnya. Keputusan ini melewati proses panjang.
Bermula dari PSBB yang membuatnya sadar belum punya pasangan lalu bertengkar dengan si sulung, mantan istri Ivan Fadilla ini diingatkan sahabat pentingnya mengubah diri, sabar, dan menghindari dosa.
Baca Juga
Advertisement
“Akhirnya gue salat Duha, terus tiba-tiba gue bilang: ya Allah kalau memang saya harus berhijab, saya pengin berhijab dan yakinkan,” ujar Venna Melinda yang kemudian mengaku ingin punya suami kayak Irwan Mussry.
Sudut Pandang Berubah
“Akhirnya gue merasa meskipun memang belum ada jodoh yang tiba-tiba langsung sreg kayak Irwan Mussry begitu ya, ha ha ha,” seloroh bintang sinetron Bella Vista dan Maha Pengasih.
Usai berjilbab, Venna Melinda lebih tenang. Sudut pandangnya tentang banyak hal berubah termasuk jodoh. Usai bercerai dengan Ivan Fadilla sekitar sewindu lalu, ia kerap gelisah.
Advertisement
Jodoh Pasti Datang
“Jadi banyak hal yang berubah termasuk kepercayaanku bahwa jodoh pasti datang. Itu kan kemarin, aku resah banget soal itu. Resahnya tuh resah banget,” kata artis kelahiran Surabaya, 29 Juli 1972.
Ini terungkap di video “Venna Melinda, Alasan Memakai Jilbab Karena Ingin Dapat Jodoh Yang Benar,” di kanal YouTube Maia Aleldul Fam TV, Kamis (10/12/2020).
Tak Sampai 2 Minggu
Setelah berjilbab, seorang pria mendekat namun tak berakhir sesuai harapan. “Aku pikir he is the one. Ternyata enggak juga. Setelah berhijab intuisi aku lebih tajam, jujur. Itu bukan prasangka buruk,” cerita Venna Melinda.
“Dan itu benar setelah taaruf enggak sampai dua minggu aku sudah tahu he is not the right man,” ia menyambung. Terkait keinginan Venna Melinda punya suami seperti Irwan Mussry, Maia Estianty berseloroh, “Kenapa lo pengin punya suami kayak laki gue?”
Advertisement
Pola Pikirnya
Venna Melinda menjelaskan, ini bukan urusan fisik semata melainkan pola pikir Irwan Mussry yang tidak menempatkan perempuan di bawah melainkan sebagai partner.
“Kalau aku dengar dari ceritanya Maia, pola pikirnya. Tidak menempatkan perempuan tuh posisinya di bawah, tapi partner, mitra itu jarang. Seperti yang Maia bilang: gue enggak harus menyiapkan sarapan karena sudah ada orang lain, itu jarang banget. Ada tapi jarang,” akunya.