Liputan6.com, Jakarta - Bisnis kuliner sangat berkembang pesat saat ini. Usaha yang ditawarkan semakin bervariatif dan inovatif. Untuk bisa bersaing, perlu adanya perencanaan yang matang, terutama dari segi pendanaan.
Pendanaan modal usaha bisa diraih melalui berbagai opsi, salah satunya modal ventura. Dana modal ventura menjadi opsi terbaik untuk memulai eskalasi usaha karena merupakan pembiayaan jangka pendek dan menengah yang murah dengan sistem repayment yang fleksibel.
Advertisement
VP of Investor Relations and Strategy BRI Ventures Markus Liman Rahardja membeberkan kunci agar perusahaan modal ventura mau menyuntikkan dana ke usaha yang sedang dijalankan, utamanya usaha kuliner.
"Tantangan industri makanan itu unik karena berkaitan dengan rasa. Kita berkaitan dengan konsistensi lidah orang Indonesia, jadi bagaimana bisa jaga konsistensi ini ketika scaling up," ujar Markus dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/12/2020).
Kata Markus, pengelolaan 1 outlet kuliner dengan 5 outlet tentu berbeda, begitu pula dengan 20 outlet, 100 outlet hingga 300 outlet. Jangan sampai, konsumen mendapatkan rasa produk yang berbeda-beda tiap outletnya.
BRI Ventures melalui Dana Ventura Sembrani Nusantara sendiri memiliki kriteria yang ketat dalam menyuntikkan modal untuk usaha yang sedang berkembang.
Syarat pentingnya ada 3, yaitu usaha yang dijalankan tumbuh berkelanjutan (sustainable growth), memiliki healthy business margin dan menerapkan strategi hyperlocalization.
"Bukan lagi bakar uang besar-besaran, lalu mengerti pasar lokal, mengerti customer dan dekat dengan mereka," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Keunikan
Salah satu bisnis minuman kekinian yang bisa dijadikan contoh dalam pengembangan usaha rintisan ialah Haus! Indonesia. Markus bilang, Haus! memiliki keunikan dan konsistensi dalam mengembangkan produk minuman yang murah dan mudah dijangkau, sehingga itu menjadi alasan BRI Ventures mau mendanai usaha ini.
CEO Haus! Indonesia Gufron Syarif mengatakan, pihaknya fokus pada pengembangan produk sebagai gaya hidup, bukan hanya sekadar komoditas.
"Kita nggak mau cuma jual produk as commodity tapi juga lebih ke lifestyle, karena bukan hanya produk tapi juga value brand harus kita tingkatkan," tandasnya.
Advertisement