Liputan6.com, Jakarta Orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki berbagai masalah dalam mendidik anaknya, masalah ini juga acap kali timbul akibat lingkungan yang belum ramah terhadap disabilitas.
Maka dari itu, mereka perlu berjejaring agar dapat saling berbagi pengalaman dan mencari saran atau jawaban atas masalah yang dihadapi. Termasuk melakukan edukasi terkait disabilitas kepada masyarakat luas.
Advertisement
Seperti disampaikan Pendiri Komunitas Kesetaraan Bagi Anak Tuli (Setuli), Susanti Mayangsari, para orangtua dengan anak disabilitas perlu berjejaring agar dapat saling membantu di tengah lingkungan yang belum ramah disabilitas.
“Sebagai orangtua anak disabilitas kita pasti paham bahwa lingkungan ini belum ramah untuk anak disabilitas,” ujar Susanti dalam webinar Konekin, ditulis Sabtu (12/12/2020).
“Akan sangat luar biasa kalau para orangtua anak disabilitas ikut berjejaring dan mengedukasi, mengadvokasi, dan mensosialisasikan kepada masyarakat.”
Simak Video Berikut Ini:
Membuat Perubahan Bersama
Orangtua anak disabilitas yang ikut berjejaring dapat membantu tercapainya perubahan yang diinginkan. Ketika semua orang bergerak maka perubahan akan terjadi lebih cepat.
“Dengan lebih banyak orang yang menyampaikan maka pesannya akan tersampaikan dengan lebih luas.”
Dalam hal ini, dokter juga memiliki peran penting untuk menyambungkan jejaring. Ketika anak didiagnosis tuli maka dokter dapat mengarahkan orangtuanya untuk menghubungi beberapa komunitas tertentu.
Penyampaian identitas komunitas ini dapat berupa kartu nama, nomor kontak, atau hal lain yang dapat membantu orangtua tersebut menemukan komunitas yang tepat.
Komunitas sendiri berfungsi sebagai tempat mencari dan berbagi informasi, berbagi keluh kesah, mendengarkan pengalaman dari orangtua lain, mencari rekomendasi terapi atau sekolah dan lain-lain.
Advertisement