Liputan6.com, Jerman - Perayaan Natal dan Tahun Baru di Jerman tampaknya tak akan seperti tahun-tahun sebelumnya, setelah negara itu kembali menerapkan lockdown usai terjadi lonjakan kasus COVID-19.
Kanselir Angela Merkel bersama gubernur 16 negara bagian Jerman sepakat pada Minggu, 13 Desember 2020, waktu setempat untuk menerapkan lockdown guna menghentikan peningkatan kasus COVID-19 di negara itu.
Advertisement
Lockdown di Jerman sendiri akan mulai diberlakukan pada Rabu, 16 Desember 2020 hingga 10 Januari 2021.
"Kami dipaksa untuk bertindak dan kami bertindak," kata Merkel kepada awak media di Berlin, seperti dikutip dari AP News pada Senin (14/12/2020).
Merkel menambahkan, hal ini dilakukan karena pembatasan yang diberlakukan pada November telah gagal mengurangi jumlah infeksi COVID-19 baru secara signifikan.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Berbagai Hal yang Dilarang
Mulai hari Rabu pekan ini, sekolah-sekolah di Jerman akan ditutup dan diganti dengan belajar dari rumah.
Sebagian besar toko yang menjual produk non-makanan juga akan ditutup. Selain itu, restoran juga diperbolehkan buka asal pelanggan membawa pulang makanannya dan tidak makan di tempat.
Beberapa tempat usaha seperti penata rambut sejauh ini masih diizinkan tetap buka. Sementara, pengelola tempat kerja diminta untuk mengizinkan pekerjanya bekerja dari rumah apabila memungkinkan, hingga bulan depan.
Jerman juga menerapkan pembatasan pertemuan dalam ruangan menjadi maksimal lima orang, kecuali untuk perayaan Natal. Namun, ini tidak termasuk anak-anak di bawah 14 tahun.
Layanan keagamaan juga diizinkan, dengan mengatur pembatasan jarak dan mengenakan masker. Namun, kegiatan bernyanyi bersama-sama akan dilarang.
Pemerintah juga melarang penjualan kembang api yang biasanya digunakan dalam perayaan Tahun Baru. Pertemuan untuk merayakan pergantian tahun di luar ruangan juga dilarang.
Markus Soeder, gubernur Bavaria, mengungkapkan bahwa larangan kembang api dikeluarkan usai adanya permintaan dari rumah sakit, yang menyebutkan bahwa mereka tidak akan bisa menangani sejumlah besar cedera serius yang terjadi setiap tahunnya, akibat penanganan bahan peledak yang salah.
Advertisement