Korea Selatan Dibayangi Gelombang Ketiga COVID-19, Presiden Moon Jae-In Umumkan Status Darurat

Presiden Moon Jae-In telah mengumumkan status daruratnya lantaran Korea Selatan dibayangi gelombang ketiga COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Des 2020, 08:26 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (AP/Jon Gambrell)

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan telah melaporkan angka kasus terburuknya pada akhir pekan ini terkait infeksi COVID-19 sejak pandemi dimulai, dengan Presiden Moon Jae-in menyebut gelombang ketiga negara itu sebagai keadaan darurat.

Melansir laman ABC, Selasa (15/12/2020), menteri kesehatan juga menggambarkan ibu kota Seoul sebagai "zona perang COVID-19" pada minggu ini.

Pada hari Minggu, Korea Selatan melaporkan 1.030 infeksi virus corona baru, memecahkan rekor hari sebelumnya sebanyak 950 dan menjadikan total infeksi menjadi 42.766 dengan 580 kematian.

Penghitungan harian tertinggi sebelumnya adalah 909 dan terjadi pada akhir Februari.

Selain itu, Moon memperingatkan pada hari Minggu bahwa pembatasan COVID-19 dapat dinaikkan ke level tertinggi setelah rekor kenaikan dilaporkan.

Dari kasus baru, 1.002 kasus ditularkan secara lokal, kata Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.

"Ini adalah momen penting untuk mencurahkan semua kemampuan pengendalian virus dan kekuatan administratif kami untuk menghentikan penyebaran virus corona," ujar Presiden Moon.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Kerahkan Tenaga Medis

Presiden Koea Selatan Moon Jae-In mendesak para pejabat untuk mengerahkan "tenaga maksimum yang tersedia" dari pegawai sipil, polisi dan personel militer untuk membantu pelacakan kontak. ( AP: Kim Ju-Sung / Yonhap )

Pada hari Sabtu, Moon memerintahkan mobilisasi polisi, personel militer dan dokter umum untuk memblokir penyebaran, yang disebutnya "darurat".

Memimpin pertemuan darurat di Markas Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan untuk pertama kalinya sejak Februari, Moon mendesak kewaspadaan dan menyerukan upaya habis-habisan untuk menahan virus.

"Kecuali wabah dapat diatasi sekarang, itu telah sampai pada titik kritis mempertimbangkan untuk meningkatkan tindakan jarak sosial ke tingkat [berikutnya]," katanya.

Ibu kota Seoul, rumah bagi sekitar setengah dari 52 juta penduduk Korea Selatan, berada di bawah batasan level 2.5.

Pertemuan lebih dari 50 orang saat ini dilarang dan restoran dilarang melayani pelanggan setelah pukul 21.00.

Pembatasan Level 3 pada dasarnya berarti penguncian untuk pertama kalinya di ekonomi terbesar keempat di Asia.

Sekolah akan beralih ke pembelajaran jarak jauh, perusahaan hanya mengizinkan pekerja penting di kantor, dan pertemuan lebih dari 10 orang akan dilarang.

Pemerintah akan menambah sekitar 10.000 tempat tidur rumah sakit dalam beberapa minggu ke depan dan untuk sementara waktu membayar beberapa perawat yang terlibat dalam perawatan pasien COVID-19 tambahan 3 juta won (Rp 38,6 juta) sebulan untuk membantu rumah sakit yang terlalu tertekan di seluruh negeri.

"Dengan asumsi sekitar 1.000 infeksi harian baru selama 20 hari ke depan, kami akan mengamankan lebih dari 10.000 tempat tidur dalam tiga minggu ke depan," kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo dalam briefing yang disiarkan televisi setelah pertemuan darurat.

Korea Selatan dipuji karena keberhasilan awalnya dalam menahan virus corona tanpa penguncian dengan sangat mengandalkan pelacakan kontak dan pengujian setelah kasus pertama negara itu dikonfirmasi pada Januari lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya