Profil Norman Abramson, Bapak WiFi Dunia yang Pernah Jadi Ahli Komunikasi di UNDP Jakarta

Norman Abramson mengerahkan upayanya di Universitas Hawaiʻi untuk pembangunan dan pengoperasian ALOHANET, jaringan paket nirkabel pertama.

oleh Iskandar diperbarui 15 Des 2020, 11:31 WIB
Norman Abramson. Dok: sporttimes.vn

Liputan6.com, Jakarta - Norman Abramson yang dikenal sebagai pemimpin ilmuwan dan insinyur pelopor pengembangan jaringan nirkabel WiFi meninggal dunia pada 1 Desember 2020.

Selain dikenal sebagai Bapak Jaringan WiFi, ia juga seorang Profesor Teknik Elektro serta Profesor Ilmu Komputer dan Informasi di Universitas Hawaiʻi.

Norman Abramson menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Komputer dan Informasi dan juga Direktur Proyek Penelitian Sistem ALOHA. Dia pun menjadi anggota fakultas di Stanford, Berkeley, Harvard, dan MIT.

Saat di Universitas Hawaiʻi, ia menciptakan protokol ALOHA yang sekarang banyak digunakan untuk hampir semua bentuk komunikasi nirkabel.

Mengutip laman Aminer.org, Norman Abramson mengerahkan upayanya di Universitas Hawaiʻi untuk pembangunan dan pengoperasian ALOHANET, jaringan paket nirkabel pertama.

 

 


Ahli Komunikasi

Bapak Jaringan WiFi Norman Abramson (Foto: Wikipedia)

Tak cukup sampai di situ, dia juga seorang pendiri dan CTO Skyware, sebuah perusahaan komunikasi nirkabel.

Abramson bahkan pernah menjabat sebagai Ahli Konsultasi dalam Sistem Komunikasi, Jaringan Data dan Jaringan Satelit untuk ITU (Jenewa), UNESCO (Paris) dan United Nations Development Programme/UNDP (Jakarta). Dia memegang delapan paten A.S. dan internasional.

Norman Abramson adalah penerima penghargaan internasional bergengsi termasuk IEEE Alexander Graham Bell Medal 2007; 1995 IEEE Koji Kobayashi Computers and Communications Award; dan 2000 Technology Award dari Eduard Rhein Foundation.

 


Meninggal Dunia karena Kanker Kulit

Sebuah penelitian mengungkap bahwa orang sekarang lebih tak bisa hidup tanpa Wi-Fi ketimbang seks.

Orang yang kerap disebut sebagai Bapak Jaringan WiFi ini meninggal dunia karena kanker kulit yang dideritanya telah menjalar hingga paru-paru. Demikian dikutip dari The New York Times, Selasa (15/12/2020).

Bicara mengenai temuannya, proyek Norman Abramson dulu dikerjakan di University of Hawaii pada tahun 1960-an.

Mulanya proyek itu dirancang untuk mentransmisikan data ke sekolah-sekolah yang berada di Pulau Hawaii. Jaringan ini mirip dengan saluran radio.

Namun, pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, solusi yang diciptakan kelompok ilmuwan ini bisa diterapkan secara luas. Bahkan, beberapa teknologinya masih digunakan di smartphone, satelit, hingga jaringan WiFi di rumah.

(Isk/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya