Sontek China, Pelaku UMKM Diminta Pede Gunakan Merek Bernuansa Barat

Pelaku UMKM diminta berani mencontek strategi China dalam menjalankan strategi bisnisnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Des 2020, 16:17 WIB
Pengusaha UMKM. Istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Muhammad Ikhsan Ingratubun meminta pelaku UMKM untuk berani mencontek strategi China dalam menjalankan strategi bisnisnya. Salah satunya menggunakan merk bernuansa Eropa untuk membetot perhatian dunia.

"Saya selama ini mengatakan jangan lagi sepatutnya merk Cibaduyut misalnya kalau dari Bandung, buatnya di Cibaduyut boleh tapi kalo merknya kaya ishac atau pak Kus, pasti ngga laku tuh. Tapi kalau merknya nino, georgio padahal buatan Cibaduyut pasti laku. Jadi ikuti cara China, kami selalu katakan jangan ragu-ragu ikuti cara China," tegasnya dalam webinar Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal, Selasa (15/12).

Dikatakan Ikhsan, cara tersebut sangat diperlukan jika ingin memperluas pemasaran produk UMKM lokal Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menarik perhatian konsumen akan hadirnya merk sebuah merk baru yang bernuasa Eropa sebagai kiblat fashion dunia.

Selain itu, dia juga meminta pelaku UMKM untuk lebih kreatif dalam mengemas maupun memasarkan produk. "Misalnya dengan dimasukan ke dalam digital dengan tampak yang bagus dengan lighting yang oke, itu pasti orang berpandangan produk upgrade Eropa kan gitu," tegasnya.

Apalagi, imbuh Ikhsan, kemampuan pelaku UMKM dalam negeri untuk menciptakan produk berkualitas dan inovatif juga dinilai mampu bersaing dengan sejumlah kompetitor dunia. Untuk itu, dia berharap pelaku UMKM domestik lebih percaya diri dalam menggunakan produk bernuansa Eropa.

"Justru dari di pulau Jawa itu orang nya pandai memproduksi semua, punya kemahiran memproduksi, punya kemahiran dalam mencontek, punya kemahiran dalam menginovasi suatu barang dengan kemampuan teknisnya dan sciencenya. Tapi saat di eksekusi terlalu rendah diri, misalnya merk Cibaduyut nih atau merk apa gitu jangan lagi," terangnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Baru 19 Persen UMKM yang Dapat Pembiayaan Perbankan

Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Kementerian Koperasi dan UKM mengajak para pelaku UMKM yang telah siap mengekspor untuk memanfaatkan Generalized System of Preference (GSP). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman mengatakan upaya literasi keuangan terhadap Fintech bagi UMKM sangat diperlukan untuk menambah akses pembiayaan untuk UMKM.

“UMKM yang baru mendapatkan pembiayaan perbankan baru hanya sekitar 19,4 persen jadi sangat rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya literasi pembiayaan UMKM,” kata Hanung dalam webinar Menatap Masa Depan Fintech dan UMKM 2021, Selasa (15/12/2020).

Menurut dia, pemerintah belum memberikan pendampingan karena kurangnya literasi keuangan terhadap fintech lending, maka diperlukan kemitraan offtaker, atau aggregator untuk membangun literasi tersebut.

Selanjutnya, seperti yang diketahui bersama pandemi covid-19 telah berdampak luas terhadap perekonomian dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Berdasarkan data dari BPS ekonomi Indonesia di kuartal III tahun 2020 kontraksi minus 3,4 persen. Bahkan ancaman Resesi tidak dapat terhindarkan di Indonesia.

Namun demikian dengan asumsi resiko yang mempengaruhi outlook ke depan dapat dikendalikan, seperti menurunnya eskalasi covid-19, ketersediaan vaksin dan menurunnya geopolitik internasional dan cukup efektifnya stimulus yang diberikan pemerintah.

“Maka pemerintah optimis target pertumbuhan kembali ke 5 persen  pada tahun 2024 akan tercapai,” jelasnya.

Di sisi lain Kementerian Koperasi dan UKM, sudah mendeteksi UMKM yang terdampak covid-19 dari sisi yaitu supply dan demand, namun tidak sedikit juga UMKM dapat bertahan bahkan tumbuh ditengah pandemi. 


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Infografis Jangan Lengah Protokol Kesehatan Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya