8 Fraksi DPRD DKI Walk Out saat PSI Pidato, Formappi: Menunjukkan Suara Mayoritas Tak Berdaya

Lucias menjelaskan, walk out bisa juga dikatakan sebagai pengakuan akan ketakberdayaan fraksi dengan kekuatan minoritas yang merasa tak mampu mempengaruhi keputusan akhir karena jumlah yang tak memadai dibandingkan dengan fraksi pendukung.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Des 2020, 16:16 WIB
Sidang paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi walk out mayoritas fraksi di DPRD DKI Jakarta saat Fraksi PSI menyampaikan pandangan di Sidang Paripurna DPRD DKI dinilai sebagai sesuatu yang ironis. 

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), Lucius Karus menilai, seharusnya sikap walk out tersebut digunakan sebagai upaya satu fraksi atau anggota dewan yang memiliki perbedaan sikap dengan mayoritas.

Lucius mengatakan, walk out umumnya dilakukan oleh kelompok minoritas di parlemen yang mempunyai sikap berbeda atas sebuah kebijakan dan tak mau tercatat sebagai bagian dari kelompok mayoritas yang mengesahkan sesuatu. Dengan kata lain, walk out merupakan bentuk perlawanan minoritas atas mayoritas dalam proses pengambilan keputusan.

"Walk out di DPRD biasanya dilakukan oleh fraksi atau anggota DPRD yang memilikki perbedaan sikap dengan mayoritas anggota. Ketika merasa sikapnya pasti akan kalah dalam pengambilan keputusan, maka langkah walk out bisa menjadi pilihan politik agar 'membebaskan' diri atau fraksinya dari beban politik yang akan timbul pasca keputusan diambil DPRD," katanya di Jakarta, Selasa (14/12/2020).

Dia menjelaskan, walk out bisa juga dikatakan sebagai pengakuan akan ketakberdayaan fraksi dengan kekuatan minoritas yang merasa tak mampu mempengaruhi keputusan akhir karena jumlah yang tak memadai dibandingkan dengan fraksi pendukung.

Namun, Lucas merasa aneh karena apa yang terjadi di DPRD DKI justru sebaliknya. Walk out dilakukan oleh kekuatan mayoritas di parlemen (DPRD DKI) untuk melawan kekuatan minoritas yang direpresentasikan oleh PSI.

"Inilah yang nampak ironis. Bagaimana bisa kelompok yang dominan justru meninggalkan ruangan sidang hanya karena PSI yang lemah secara jumlah suara sedang membacakan pandangan mereka?" tegas dia.

Lucius menerangkan, suara PSI tentu saja tak akan sebanding dengan kekuatan fraksi-fraksi yang walk out. Apapun sikap PSI atas RKT yang dinilai pemicu perbedaan sikap, dia menambahkan, tak akan berpengaruh pada keputusan akhir jika fraksi-fraksi lain bulat mendukung usulan kenaikan anggaran.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Menunjukkan Ketidakberdayaan

Selain itu, aksi walk out dianggap menunjukkan jumlah fraksi yang banyak belum tentu dominan dalam memengaruhi keputusan akhir. Kekuatan besar di parlemen belum tentu punya tenaga dan keberanian yang mampu menekukkan kelompok kecil.

"Walkout mayoritas fraksi di DPRD DKI seolah-olah mengatakan ketakberdayaan mereka di hadapan PSI. Mayoritas fraksi nampak sebegitu lemahnya sehingga harus memutuskan keluar dari ruangan rapat dengan hanya meninggalkan PSI yang berada di dalam ruangan rapat," ujarnya.

Diketahui sebelumnya, dalam rapat Raperda tentang perubahan Perda nomor 1 tahun 2015 di gedung DPRD DKI Jakarta Senin (14/12), sejumlah fraksi melakukan aksi walkout ketika PSI mendapatkan giliran berbicara menyampaikan pandangan umumnya.

Aksi walkout diduga sebagai respon atas sikap PSI menolak kenaikan RKT dan Gaji DPRD DKI Jakarta.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya