Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu pekan ini. Namun, kurs rupiah masih berpotensi melemah dipicu kebijakan pengetatan aktivitas ekonomi domestik.
Mengutip Bloomberg, Rabu (16/12/2020), rupiah dibuka di angka 14.110 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.120 per dolar AS. Menjelang siang rupiah semakin melemah ke 14.120 per dolar AS.
Advertisement
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.110 per dolar AS hingga 14.120 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,83 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.151 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.171 per dolar AS.
"Hari ini, rupiah bisa melemah terhadap dolar AS karena mendapatkan sentimen negatif dari kebijakan pengetatan aktivitas ekonomi," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Rabu (16/12/2020).
Pengetatan kegiatan ekonomi dilakukan karena kekhawatiran peningkatan kasus COVID-19 di Tanah Air yang memang sekarang terus meninggi.
Menurut Ariston, pengetatan aktivitas berpotensi melambatkan pemulihan ekonomi. Sementara persetujuan vaksin masih awal tahun depan.
"Tapi di sisi lain, isu vaksin dan stimulus AS bisa memberikan sentimen positif untuk aset berisiko dan rupiah," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.080 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.
Pada Selasa (15/12) lalu, rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp14.120 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.095 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Diprediksi Ada di Kisaran 13.250-13.750 per Dolar AS pada 2021
Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akan cenderung menguat pada tahun 2021. Bahkan, Rupiah diyakini mampu kembali mendekati nilai fundamentalnya dikisaran Rp13.250 -Rp13.750 per USD.
"Kita perkirakan pada 2021 Rupiah akan punya potensi untuk lebih menguat. Rupiah yang saat ini sudah mulai bertahan menguat berpotensi kembali mendekati nilai fundamentalnya dikisaran Rp13.250-Rp13.750 per USD," ujar Piter dalam webinar bertajuk "CORE ECONOMIC OUTLOOK 2021," Rabu (18/11).
Piter mengatakan, penguatan nilai tukar Rupiah dipicu oleh membaiknya kinerja perdagangan Indonesia yang mengalami surplus hingga mencapai USD 13,5 miliar per September 2020. Dan diprediksi tren positif ini terus berlangsung hingga akhir tahun.
"Kita yakini neraca perdagangan yang sudah surplus ini terus melanjutkan kinerja baiknya hingga akhir tahun. Sehingga mendorong Rupiah untuk menguat," paparnya.
Selain itu, kemenangan Joe Biden di Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 diyakini akan berdampak baik bagi ekonomi Indonesia. Salah satunya peningkatan realisasi Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung dari AS ke Tanah Air.
"Peralihan kekuasaan dari Trump ke Biden jika berjalan lancar diyakini akan meningkat dan mendorong lahirnya investasi. Sehingga menciptakan emarging market (pasar yabg berkembang cepat) termasuk ke Indonesia," jelas dia.
Maka dari itu, Piter menyebut tak berlebihan jika nilai tukar Rupiah akan menguat tajam pada tahun depan. "Karena kita tahu neraca perdagangan surplus kemudian capital inflow itu akan mensupport supply dollar AS, jadi rupiah kita perkiraan 2021 akan punya potensi untuk lebih menguat," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement