Liputan6.com, Moskow - Pada 17 Desember 1991, Boris Yeltsin mengumumkan Uni Soviet tidak akan ada lagi pada malam tahun baru 1992.
Setelah pertemuan panjang antara Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden Federasi Rusia Boris Yeltsin, muncul pernyataan dari Federasi Rusia mengenai masa depan kedua negara tersebut. Yeltsin pun mengumumkan Uni Soviet secara resmi akan lenyap pada saat atau sebelum malam tahun baru 1992.
Advertisement
Dikutip dari History.com, Kamis (17/12/2020), Yeltsin juga menyatakan, "tidak akan ada lagi bendera merah." Hal itu menjadi puncak peristiwa yang mengarah pada pembubaran Uni Soviet.
Terlepas dari pesan dramatis itu, pengumuman Yeltsin tersebut terdengar membosankan bagi penduduk Rusia. Mereka lelah karena berbulan-bulan dihadapkan pada ketidakstabilan politik dan ekonomi kala itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pesimistis Mikhail Gorbachev
Bagi banyak orang, Uni Soviet memang telah hancur. Berbagai negara di sekitar Rusia telah mendeklarasikan kemerdekaan mereka dan dalam beberapa hari kemudian mereka bertemu serta membentuk Commonwealth of Independent States.
Kekuasaan Gorbachev terus menyusut, upaya kudeta juga terjadi dan hampir saja ia digulingkan. Di sisi lain, Yeltsin sedang sibuk merencanakan pengambilalihan fasilitas Uni Soviet dan penurunan simbolis palu-arit untuk diganti dengan bendera Rusia.
Gorbachev juga tampaknya menerima hal yang tak terelakkan itu mengambil cuti dari pekerjaannya yang kurang berarti untuk berfoto bersama grup rock Scorpion.
Itu semua adalah akhir yang agak tidak menyenangkan bagi bangsa yang pernah disebut Presiden Ronald Reagan sebagai "kekaisaran jahat".
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement