Cek Fakta: Covid-19 Bukan Nama Virus dan Vaksinasi Bisa Melemahkan Tubuh? Simak Buktinya

Dalam video tersebut, seorang pria paruh baya mengatakan covid-19 bukan nama virus dan vaksinasi bisa melemahkan kekebalan tubuh.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 16 Des 2020, 15:00 WIB
Penelusuran klaim Covid-19 Bukan Nama Virus dan Vaksinasi Bisa Melemahkan Tubuh. (Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video dengan judul pernyataan Dr. Roberto Petrella sedang viral di media sosial, Facebook. Dalam video tersebut, seorang pria paruh baya mengatakan covid-19 bukan nama virus dan vaksinasi bisa melemahkan kekebalan tubuh.

Dalam video tersebut, Dr Roberto Petrella mengatakan beberapa hal tentang vaksinasi, yakni:

"Covid-19 bukan nama virus, (tetapi) nama rencana internasional untuk mengontrol dan mengurangi populasi yang telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir dan diluncurkan pada 2020.

Setelah divaksinasi, kita semua akan sakit parah, lemah, dan pasti akan menuju kematian."

Salah satu pengunggah video klaim ini adalah pemilik akun atas nama Roberto Petrella Medico Ginecologo. Dia mengunggah video tersebut pada 30 Oktober 2020.

Sejak diunggah, video dengan klaim vaksinasi bisa melemahkan kekebalan tubuh sudah dilihat sebanyak 4,7 ribu kali oleh warga Facebook lainnya. Video itu juga mendapat 221 like dan 82 komentar.

Lalu, benarkah klaim yang menyebut covid-19 bukan nama virus dan vaksinasi bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh?

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Penelusuran Fakta

CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com membuka situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam artikel berjudul: "WHO Director-General's remarks at the media briefing on 2019-nCoV on 11 February 2020", dijelaskan asal-usul pemberian nama penyakit ini adalah covid-19.

Dalam artikel yang dipublikasikan pada 11 Februari 2020, WHO memberikan nama covid-19 untuk penyakit ini agar tidak merujuk pada sebuah lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok, hingga nama yang bisa diucapkan dengan penyakit lainnya.

"Covid-19. Saya akan mengejanya: C-O-V-I-D tanda hubung satu sembilan - COVID-19. Di bawah pedoman yang disepakati antara WHO, Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, kami harus menemukan nama yang tidak mengacu pada lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan yang mana juga bisa diucapkan dan berhubungan dengan penyakit."

"Memiliki nama penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang mungkin tidak akurat atau menstigmatisasi. Ini juga memberi kami format standar untuk digunakan untuk setiap wabah virus korona di masa depan," kata Director General WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Selanjutnya, Cek Fakta Liputan6.com juga menelusuri tentang klaim yang dapat melemahkan tubuh. Hasil penelusuran mengarahkan ke situs WHO dalam artikel berjudul: "Vaccines and immunization: What is vaccination?".

Dalam artikel tersebut, vaksinasi adalah cara yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa. Saat ini tersedia vaksin untuk melindungi dari setidaknya 20 penyakit, seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak. Bahkan, disebutkan WHO, vaksin menyelamatkan nyawa 3 juta orang setiap tahunnya.

WHO juga menyebut vaksinasi menjadi sangat penting selama pandemi covid-19. Pandemi telah menyebabkan penurunan jumlah anak yang menerima imunisasi rutin, yang dapat menyebabkan peningkatan penyakit dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah.

WHO juga mendesak negara-negara untuk memastikan bahwa imunisasi penting dan layanan kesehatan terus berlanjut, terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh covid-19.

Bahasan vaksinasi juga ditemukan dalam situs covid19.go.id dalam artikel berjudul: "COVID-19 Berbahaya, Vaksin dan 3M Pencegahannya". Artikel ini mengambil penjelasan dari Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K)., Msi, Anggota Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Dijelaskan dalam artikel tersebut, vaksinasi merupakan langkah yang aman dan umum dilakukan di dunia, termasuk di Indonesia. Indonesia telah melakukan vaksinasi kepada jutaan jiwa sejak 1974 dan terbukti aman. Percepatan penemuan vaksin dengan tetap memperhatikan asas keamanan dan efektivitas sangat diperlukan saat ini.

"Tujuannya adalah untuk menurunkan kematian dan kesakitan masyarakat. Tetapi harus diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) juga ada yang Namanya Data Safety Monitoring Board (DSMB) dan ada Komite Etik juga di Unpad. Perkara vaksin mana yang dipakai itu nanti biar pemerintah yang menentukan, tapi salah satu vaksin yang mungkin akan dipakai di Indonesia adalah vaksin Sinovac yang sudah diuji klinik fase III di Bandung," terang Prof. Soedjatmiko.

Selanjutnya mengutip dari Eko News, Roberto Petrella dikenal dengan posisi kritisnya terhadap vaksin Human Papillomavirus (HPV). Dia dikenal sebagai ginekolog di Italia.

 


Kesimpulan

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Klaim dari ginekolog Italia Dr. Roberto Petrella mengenai covid-19 bukan nama virus dan vaksinasi memperlemah sistem kekebalan tubuh informasi yang tidak benar.

 


Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya