Pentingnya Intervensi Pemerintah demi Tangani Resesi Ekonomi

Pemerintah saat ini tengah betul-betul serius dalam penanganan kasus Covid-19.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Des 2020, 12:17 WIB
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Asistensi Menteri Koordinator Perekonomian, Raden Pardede, menegaskan bahwa pemerintah saat ini tengah betul-betul serius dalam penanganan kasus Covid-19. Sebab, jika aksi dilakukan pemerintah setengah-setengah bukan tidak mungkin Indonesia mengalami gelombang kedua pandemi Covid-19.

Dia mengatakan, jika gelombang kedua Covid-19 terjadi dan pemerintah tidak serius melakukan intervensi pengandalian Covid-19, maka akan berdampak fatal. Utamanya akan menyebabkan resesi yang berkepanjangan.

"Kalau dilakukan pengetatan yang dalam, tanpa intervensi pemerintah, resesi kita akan sangat dalam dan lama," kata dia dalam acara diskusi Menjaga Momentum Pemulihan Ekonomi Nasional secara virtual, di Jakarta, Kamis (17/12/2020).

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah melakukan intervensi bagaimana mengatasi upaya belanja di tingkat masyarakat. Utamanya belanja darikelompok menengah ke bawah.

"Mereka masih bisa hidup, belanja barang-barang esensial mereka. Itu yang kita lakukan makanya kita buat social safety net. Juga kita bantu jaring pengaman UMKM. Ini adalah strategi kedua yang dilakukan pemerintah," jelas dia.

Dia mengatakan, upaya-upaya tersebut dilakukan agar seluruh sektor ekonomi dan kelompok masyarakat bisa bertahan dan pulih. Hanya saja, dirinya mengakui untuk pulih dari pandemi masih cukup sulit, sampai bener-benar dilakukan vaksinasi.

"Persoalan kita alami, pandemi ini akan kita hadapi sampai dengan tahun depan, dengan harapan kalau vaksinasi hampir 70 persen bisa divaksinasi, maka imunitas cara berkelompok kuat, baru setelah itu maka kita normal kembali. Artinya kita berani melakukan kegiatan seperti yang dulu, termasuk yang bepergian. Sehingga belanja kembali lagi," ujarnya.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bappenas: 1,4 Miliar Penduduk Dunia Bakal Jatuh Miskin dampak Resesi

Warga berada di sekitar Spot Budaya Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Suharso Monoarfa menyebutkan miliaran masyarakat dunia akan jatuh miskin akibat pandemi covid-19.

Angka ini merujuk pada perkiraan World Bank yang menyebutkan ada 1,4 miliar masyarakat dunia akan jatuh miskin imbas krisi kesehatan ini.

"Dalam jangka waktu yang sangat pendek, pandemi ini sudah mempengaruhi jutaan kehidupan di seluruh dunia. World Bank memperkirakan resesi dan pandemi akan menyebabkan 1,4 miliar juta jiwa akan jatuh ke jurang kemiskinan," ujar dia dalam US-Indonesia Investment Summit ke-8, Kamis (10/12/2020).

Di dalam negeri, Suharso menyebutkan sudah 2,5 juta orang telah kehilangan pekerjaan sejak Indonesia dilanda resesi.

"Untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan, Indonesia telah mengalami krisis. 2,5 juta penduduk sudah kehilangan pekerjaan dan dalam beberapa bulan saja sejak pandemi terjadi," kata dia.

Hal ini, lanjut Suharso, disebabkan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dikarenakan 80 persen bisnis terdampak dari sisi pendapatannya. Bahkan, tidak sedikit bisnis yang menyatakan kebangkrutan. Sehingga ini mendorong perusahaan melakukan rasionalisasi.

"Hampir 80 persen bisnis menghadapi penurunan drastis dalam pendapatan mereka sejak pandemi ini. Ada banyak perusahaan yang terpaksa melakukan PHK," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya