Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud mengakui jika Malaysia masih menjadi tolak ukur dunia untuk stok global produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya, ketimbang Indonesia.
Dia menyebut, hal ini tak lepas dari kepiawaian negeri jiran untuk menyajikan data terkait perkembangan produksi sawit, harga, maupun stoknya yang lebih update dan akurat dibandingkan Indonesia.
Advertisement
"Salah satu permasalahan kita dibandingkan Malaysia kenapa memang dalam melihat stok global CPO selalu cerminnya ke Malaysia. Karena memang Malaysia everyday mereka punya data yang update dan akurat perkembangan produksinya, perkembangan stoknya dan lainnya," tuturnya dalam webinar Masa Depan Sawit Indonesia di Pasar Uni Eropa Pasca Covid-19, Kamis (17/12/2020).
Alhasil, kata Musdhalifah, baik pelaku pasar maupun ekonom dunia akan cenderung berkiblat menggunakan data milik Malaysia untuk mengamati perkembangan CPO dna turunannya. "Karena bagaimana pun juga kegiatan dan lain lain itu sangat tergantung pada data yang baik dan valid itu," terangnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia bersama stakeholders terkait terus berupaya untuk melakukan pembenahan terkait pendataan produksi sawit, lahan, stoknya dan data penunjang lainnya. Salah satu implementasinya terhadap lahan kelapa sawit hasil rekonsiliasi tutupan nasional tahun 2019 seluas 16.381.959 hektare.
"Pada lahan tersebut sekarang kita sudah lakukan evaluasi-evaluasi, termasuk melihat lebih detail lagi bagaimana status perkebunannya, kita juga identifkasi ada di kawasan hutan yang berdasarkan Permentan. Kita ingin memproduksi data baik produksi, pergulirannya, supaya supply chain itu bisa berjalan dengan baik, agar supaya kita sebagai produsen utama dunia kita bisa menunjukkan keutamaan kita dalam menyajikan informasi kelapa sawit kita kepada dunia," terangnya.
Sulaeman
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kolombia Tawari Indonesia Alih Fungsi Lahan Ganja jadi Sawit
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud menyebut jika industri kelapa sawit kini mulai dilirik oleh berbagai negara.
Hal ini tak lepas dari kian meningkatnya konsumsi masyarakat global atas produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya.
"Kita lihat banyak negara mulai mengembangkan dan memperluas kelapa sawitnya, terutama setelah meningkatnya permintaan global akan CPO," ujar dia dalam webinar Masa Depan Sawit Indonesia di Pasar Uni Eropa Pasca Covid-19, Kamis (17/12).
Bahkan, menurut Musdhalifah, negara Kolombia kian agresif untuk mengajak pelaku industri sawit di tanah air agar melakukan investasi di negaranya. "Seperti beberapa kali mengajak investor dari Indonesia untuk mengembangkan kelapa sawit disana," terangnya.
Tak hanya itu, negara yang terletak di Amerika Latin tersebut juga telah melakukan alih fungsi lahan ganja ke sawit. "Sebagian lahan yang tadinya ditanami ganja di Kolombia itu mereka mengalihkan untuk mendorong ke perkebunan kelapa sawit," imbuh dia.
Musdhalifah menambahkan, saat ini demam industri kelapa sawit juga mulai melanda benua Afrika saat. "Seperti di Ghana yabg mulai mengembangkan kelapa sawit," jelas dia.
Sementara di Asia Tenggara, Thailand terus gencar untuk meningkatkan produksi industri sawit. "Saat ini Thailand sudah 5 persen kontribusinya terhadap global ya," tukasnya.
Advertisement