Liputan6.com, Jakarta Sekelompok tim ilmuwan yang dibentuk oleh World Health Organization (WHO) dikabarkan akan berangkat ke Wuhan, China, untuk mencari tahu lebih dalam asal usul dari virus corona yang menjadi penyebab COVID-19.
Rencana itu diungkap oleh Fabian Leendertz, seorang ahli biologi Jerman di Robert Koch Institute, yang juga tergabung dalam tim pakar yang beranggotakan 10 orang itu.
Advertisement
Leendertz mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyaring sampel dan data medis dari Tiongkok, untuk membantu menemukan di mana virus corona itu pertama kali berpindah dari hewan ke manusia, serta spesies asalnya.
Leendertz mengatakan bahwa tujuan misi ini adalah untuk mengumpulkan data agar dunia lebih siap untuk kemungkinan wabah di masa depan.
"Ini bukan tentang menemukan negara yang bersalah," ujarnya dikutip dari AP News pada Kamis (17/12/2020).
"Ini tentang mencoba memahami apa yang terjadi dan kemudian melihat apakah berdasarkan data tersebut, kita dapat mencoba mengurangi risiko di masa mendatang."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Sebabkan Ketegangan Antar Negara hingga Sasaran Teori Konspirasi
Leendertz mengatakan bahwa ada target untuk bisa memulai perjalanan ke Tiongkok pada bulan depan. Kemungkinan, mereka akan memulai dari Wuhan, tempat wabah pertama kali dilaporkan, meski belum ada jadwal yang pasti.
Mengutip The Guardian, WHO sebelumnya sempat mengirim tim peneliti awal ke China pada Juli lalu, untuk membantu memahami bagaimana virus dimulai.
Selama ini, sebagian besar peneliti percaya bahwa virus corona SARS-C-V-2, kemungkinan berasal dari kelelawar. Beberapa kali terjadi juga perdebatan mengenai hal ini yang bahkan menimbulkan ketegangan politik antar negara. Isu ini juga kerap menjadi sasaran klaim konspirasi.
Baru-baru ini, otoritas China dan media pemerintah menyebut bahwa virus SARS-CoV-2 tidak berasal dari negara itu. Mereka juga mengaitkan beberapa laporan keberadaan virus corona di Italia, sebelum wabah terjadi.
Namun, para peneliti menyebutkan bahwa hal itu adalah sebuah propaganda.
Advertisement
Mulai Penyelidikan di Tempat Munculnya Kasus Pertama
Michael Ryan, direktur program kedaruratan kesehatan WHO mengatakan bahwa membantah bahwa COVID-19 tidak muncul di China, adalah hal yang "sangat spekulatif."
"Jelas dari perspektif kesehatan masyarakat, bahwa Anda memulai penyelidikan di tempat kasus pada manusia pertama kali muncul," ujarnya dalam sebuah konferensi pers.
Leendertz mengatakan timnya belum diberi tahu tentang batasan apa saja pada pekerjaan mereka di China, selain karantina dua minggu yang dihadapi semua pelancong saat ini.
Secara total, misi tersebut diharapkan berlangsung empat hingga lima pekan.
"Akan ada laporan dari misi itu, tetapi saya cukup yakin bahwa ini tidak akan memberikan jawaban lengkap," ujarnya. Ia menambahkan, kemungkinan penelitian lebih lanjut akan diperlukan.
Infografis Kombinasi 3M Turunkan Risiko Tertular Covid-19 hingga 99,9 Persen
Advertisement