Liputan6.com, Jakarta Pengrajin anyaman di Asosiasi Donyta di Alexandria, Mesir aktif mengajak tunanetra untuk terus aktif dan produktif.
Asosiasi tersebut memang memiliki tujuan untuk merawat para tunanetra dengan menyediakan sejumlah tenaga ahli. Setiap individu dipersiapkan dengan hati-hati untuk pasar tenaga kerja, dengan asosiasi juga membantu mereka membentuk proyek mereka sendiri yang memberi mereka penghasilan yang layak untuk membantu mereka mandiri.
Advertisement
Peran asosiasi tidak terbatas pada memberikan bantuan keuangan, seperti kebanyakan asosiasi sejenis.
Ketua Asosiasi Donytna, Hanan Hasheesh, mengatakan bahwa dia telah bekerja dengan badan amal selama 15 tahun untuk memberikan layanan kepada yang membutuhkan dan orang-orang dengan kebutuhan khusus.
Para gadis di Asosiasi Donytna mengajari para Tunanetra untuk 'melihat' dari hati, mengubah apa yang dilihat beberapa orang sebagai disabilitas menjadi sesuatu yang menciptakan kecantikan, dengan memanfaatkan tren sosial.
Gadis-gadis itu menantang kegelapan mata mereka, dan telah mempelajari kerajinan tangan yang membutuhkan ketelitian dan penglihatan, yang bagi kebanyakan orang hal ini terasa mustahil untuk penyandang tunanetra lakukan. Tetapi mereka telah membuktikan kepada kita bahwa bahkan langit pun bukanlah batasnya, dengan kerajinan tangan mereka yang indah dan rumit yang terbuat dari bambu, keindahan karpet, dan aksesori yang luar biasa indahnya.
Gadis-gadis di asosiasi berasal dari semua lapisan masyarakat. Mereka menjadi pribadi yang tak kenal putus asa atas pembelajaran dan penguasaan keterampilan dan kerajinan mereka yang menurut mereka membutuhkan indera penglihatan dan mata untuk dikuasai.
Banyak dari mereka yang telah menjadi guru dan pengawas di asosiasi, dan menyebarkan keterampilan mereka dengan mengajar orang lain untuk menciptakan dan menjalani hidup sepenuhnya. Mengubah apa yang beberapa orang sebut disabilitas menjadi keahlian mereka yang dapat mengisi hidup mereka dengan cahaya.
Hasheesh mengindikasikan bahwa asosiasi tersebut telah berhasil mengumpulkan donasi, sebagian di antaranya telah digunakan untuk membeli mesin cetak Braille untuk menawarkan kurikulum dalam format Braille di Sekolah Al Nour Wal Amal untuk tunanetra dan Fakultas Seni Alexandria University untuk siswa asosiasi.
Simak Video Berikut Ini:
Kegiatan lain
Asosiasi tersebut juga mengajarkan paduan suara dari penyanyi tunanetra, yang merupakan kebanggaan Hasheesh yang membuktikan pencapaiannya. Para penyanyi tersebut bahkan pernah melakukan perjalanan ke Maroko untuk berpartisipasi dalam festival musik.
Salah satu peserta asosiasi, Asmaa Hanafi, menceritakan kisahnya dan bagaimana ia kehilangan penglihatannya di masa kecil karena sakit. Namun, menjadi tunanetra tidak menghalanginya untuk belajar dan memperoleh keterampilan baru.
Ia berhasil menyelesaikan studinya, lulus dari Fakultas Seni Departemen Filsafat tahun 2012 di Alexandria University. Ia berpartisipasi dalam sejumlah perkumpulan amal sampai akhirnya ia memutuskan mengabdi pada Asosiasi Donitna untuk Tunanetra. Di sana, ia belajar cara menggunakan alat tenun dan membuat aksesori. Ia juga mengatakan bahwa dia telah menguasai huruf Braille, dan mulai mengajarkannya kepada orang lain.
Anggota lainnya, Amina Bakri bersama dengan putrinya, Ghada, keduanya tunanetra, turut bergabung dengan asosiaso dan mulai mempelajari berbagai keterampilan menggunakan tangannya. Amina sekarang mampu membuat hiasan buatan tangan yang indah dari bambu, sementara Ghada telah belajar cara membuat aksesori.
Amina mengatakan bahwa ia tertarik dengan asosiasi tersebut awalnya karena mereka melayani tunanetra, dalam segala hal, daripada menyingkirkan mereka. Ditambah, Ghada sekarang sudah bisa sepenuhnya mandiri, dan bahkan telah belajar menggunakan komputer, bersamaan dengan mengambil kursus bahasa Inggris.
Ia telah menganggap asosiasi tersebut sebagai rumah keduanya, dan setelah pensiun dari pekerjaannya, ia sudah mampu memenuhi kebutuhan putrinya
Advertisement