Hacker Rusia Serang Lembaga Nuklir AS

Lembaga nuklir Amerika Serikat (AS), dan setidaknya tiga negara bagian menjadi korban serangan siber yang diduga terkait dengan Rusia.

oleh Andina Librianty diperbarui 18 Des 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga nuklir Amerika Serikat (AS) dan setidaknya tiga negara bagian di AS menjadi korban serangan siber dari hacker yang diduga terkait dengan Rusia.

Menurut laporan Reuters, Microsoft juga menjadi korban, tetapi perusahaan membantah produknya digunakan untuk serangan lebih lanjut terhadap yang lain.

Dikutip dari Bloomberg, Jumat (18/12/2020), seorang sumber menyebutKementerian Energi dan Administrasi Keamanan Nuklir Nasional AS termasuk target dalam serangan besar ini.

Juru bicara Kementerian Energi AS, Shaylyn Hynes, mengatakan berdasarkan hasil investigasi, peretasan tidak memengaruhi fungsi keamanan nasional yang penting untuk misi.

Peretasan ini sebelumnya dilaporkan oleh Politico. "Pada saat ini, investigasi telah menemukan bahwa malware telah diisolasi ke jaringan bisnis saja," tuturnya.


Microsoft dan Bantahan Rusia

Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Sementara itu, juru bicara Microsoft Frank Shaw mengatakan pihaknya telah telah menemukan kode berbahaya, tetapi telah melakukan isolasi dan menghapusnya.

"Kami tidak menemukan bukti akses ke layanan produksi atau data konsumen. Investigasi kami yang saat ini masih berlangsung, menemukan tidak ada indikasi bahwa sistem kami digunakan untuk menyerang yang lain," jelas Shaw.

Sementara Rusia membantah keterlibatannya dalam serangan siber tersebut.


Akses Peretas

Meskipun belum banyak rincian informasi, menurut para pakar keamanan dan perusahaan, para peretas diyakini mendapatkan akses ke jaringan dengan memasang kode berbahaya di program software dari SolarWinds. Konsumen SolarWinds termasuk badan-badan pemerintah dan perusahaan Fortune 500.

Badan pemerintah lain yang diretas termasuk Kementerian Kemanan Dalam Negeri, Keuangan, Perdagangan, dan Luar Negeri.

"Ini adalah lawan yang sabar, memiliki sumber daya yang baik, dan fokus yang telah melakukan aktivitas jangka panjang di jaringan korban," kata badan keamanan siber di dalam keterangannya.

(Din/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya