Mengenal Rentetan Gempa Banten dan Penyebabnya

Sepanjang Kamis, 17 Desember 2020, tercatat ada tiga gempa bumi yang mengguncang Banten.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 19 Des 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Serang Sepanjang Kamis kemarin, 17 Desember 2020, tercatat ada tiga kali gempa bumi yang mengguncang Banten. Akun resmi Instagram @BBMKG Wilayah II Tangsel menyebut, gempa bumi pertama terjadi pukul 08.45 WIB, berkekuatan M 4,8 dengan pusat gempa berada pada 8.97 LS-106 BT, yaitu di 228 km Barat Daya Bayah, Kabupaten Lebak, Banten dengan kedalaman 10 km.

Gempa bumi kedua berkekuatan M 2,8 mengguncang Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, pukul 12.50 WIB. Lokasinya di koordinat 6.63 LS - 104.58 BT yaitu di 110 km Barat Laut Kecamatan Sumur, dengan kedalaman 10 km.

Gempa bumi di Banten yang ketiga terjadi pukul 19.24 WIB, berkekuatan M 4,4 dan berpusat di 8.82 LS-106.01 BT yaitu di 211 km sebelah Barat Daya Bayah, Kabupaten Lebak dengan kedalaman 21 km.

"Berdasarkan catatan BMKG Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, selama bulan November 2020 saja, tercatat ada 68 gempa bumi di Banten, gempabumi berkekuatan M 3-5 dominan terjadi, yaitu 52 persen atau 35 kejadian. Diikuti gempa bumi berkekuatan kurang dari M 3 sebesar 41 persen atau 28 kejadian, dan kekuatan lebih dari M5 sebesar 7 persen atau 5 kejadian," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, Suwardi, Jumat (18/12/2020).

Selama November, gempa bumi di Banten paling kuat terjadi pada Kamis, 5 November 2020, pukul 05.21 WIB, berkekuatan M 5,2 dan disusul Sabtu, 14 November 2020, pukul 22.32 WIB, berkekuatan M 5,0. Data itu juga sudah dipublikasikan melalui Buletin BMKG Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, di vol.4 Nomor 12/Desember 2020. 

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Zona Kegempaan di Wilayah Banten

Sejak 23 Januari hingga 26 Januari 2018, ada 49 gempa susulan mengguncang wilayah selatan Banten, akibat subduksi lempeng Indo-Australia. (Foto: BMKG Klas I Serang/Yandhi Deslatama)

Dalam catatannya, kegempaan di Banten dibagi menjadi empat zona, yaitu Zona A, di mana sumber gempa berasal dari terusan Sesar Semangko dan Ujung Kulon.

Kemudian Zona B, sumber gempa bumi dari Sesar Cimandiri yang terbagi menjadi dua, yaitu perpanjangan patahan Cimandiri dan zona patahan Pelabuhan Ratu. Selanjutnya zona C dan D, sumber gempa bumi di Selat Sunda.

Dalam laporannya, BMKG juga menuliskan ada dua zona gempabumi yang bisa berdampak ke wilayah Banten, yaitu Zona Karakatau, patahan-patahan di Selat Sunda yang belum terindetifikasi dengan baik.

Selanjutnya Zona Megathrust, sumber gempabumi di pertemuan lempeng IndoAustralia dan Eurasia yang berpeluang membangkitkan gempabumi sangat kuat berpotensi diikuti tsunami.

"Provinsi Banten merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai tingkat kegempaan yang cukup tinggi," terangnya.


Zona Gempa Megatrush

Ilustrasi Gempa Bumi. Ilustrasi: Dwiangga Perwira/Kriminologi.id

Masih dalam laporan buletin BMKG Stasiun Geofisika Klas I Tangerang yang datanya diberikan oleh Suwardi. Secara spasial sumber gempa bumi Zona Megathrust terletak di Barat Daya hingga Selatan Banten.

Pada zona tersebut terdapat zona subduksi yang menjadi pemicu terjadinya pelepasan energi di selatan Banten, jika ini terjadi, maka hampir seluruh wilayah di Banten berpotensi merasakan guncangan.

Pada November 2020, terjadi empat kali lindu di Zona Megathrust. Gempa bumi di zona tersebut cukup fluktuatif sepanjang Oktober 2018 hingga November 2020.

Rentetannya, di tahun 2009-2010 frekuensi kegempaannya meningkat, kemudian menurun antara 2011-2016, dan kembali meningkat pada 2017-2019.

"Gempa bumi kuat di Zona Megathrust bisa berpotensi membangkitkan tsunami yang akan melanda  tidak hanya wilayah pesisir Banten, namun juga berpotensi melanda pesisir wilayah Provinsi Lampung dan Jawa Barat," kata Suwardi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya