Liputan6.com, Jakarta Penanganan COVID-19 di Indonesia masih mengalami berbagai hambatan baik secara anggaran maupun komunikasi publik pemerintah yang dianggap masih lemah. Menurut Direktur Kebijakan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Olivia Herlinda, anggaran untuk kesehatan hanya 14 persen dari keseluruhan anggaran penanganan COVID-19.
“Dengan masih kurangnya segala upaya 3T (trace, test, treat) di 2020-2021 pun terjadi penurunan anggaran secara signifikan yang mana pertanyaan mengenai komitmen pemerintah jadi lebih besar dari sebelumnya,” kata Olivia dalam webinar CISDI, Jumat (18/12/2020).
Advertisement
Ia menambahkan, anggaran kesehatan telah menurun hingga 70 persen dari Rp87,5 triliun menjadi 25,4 triliun.
Pemerintah juga telah mengatakan bahwa salah satu fokus utama pada rencana kerja pemerintah adalah reformasi sistem kesehatan nasional. Namun, hal tersebut tidak tercermin dalam postur anggaran 2021.
“Jadi harapan kita untuk memiliki upaya 3T yang lebih masif, reformasi kesehatan ini akan menjadi pertanyaan apakah di 2021 akan tercapai dengan postur anggaran seperti itu?”
“Semua hambatan tersebut akan berdampak pada sistem dan status kesehatan nasional. Salah satunya disrupsi atau gangguan pada layanan kesehatan esensial dan rujukan.”
Indonesia sendiri memiliki rasio kematian akibat COVID-19 lebih tinggi dari rasio rata-rata di dunia. Survei UNICEF juga menunjukkan, banyak terjadi disrupsi pada layanan esensial seperti posyandu.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Komunikasi Publik Pemerintah Masih Lemah
Olivia juga menyinggung tentang lemahnya komunikasi publik pemerintah. Menurutnya, komunikasi pemerintah sering kali membingungkan, tidak konsisten, dan cenderung menyalahkan masyarakat.
“Kami juga melihat lemahnya komunikasi publik pemerintah yang sering kali membingungkan, inkonsisten, dan bahkan memiliki kecenderungan menyalahkan masyarakat tentang naiknya kasus corona.”
Selain itu, upaya pentahelix di 2020 sering kali hanya menjadi jargon pemerintah, kata Olivia. Pentahelix adalah upaya pendekatan pemberantasan COVID-19 dengan melibatkan 5 elemen yaitu akademi, bisnis, komunitas, pemerintahan, dan media.
“Pentahelix sering kali hanya menjadi jargon oleh pemerintah yang pada praktiknya memang tidak berjalan secara optimal.”
Masalah lainnya adalah konsistensi peningkatan kasus COVID-19 yang melonjak tajam setiap hari. Hal ini berpengaruh pada tingginya tingkat keterisian tempat tidur.
Advertisement