Cerita Akhir Pekan: Kiat-Kiat Ayah dan Ibu Berbagi Peran di Rumah

Berbagi peran sebagai ayah dan ibu sejatinya merujuk kepada struktur keluarga karena variasinya yang begitu banyak.

oleh Putu Elmira diperbarui 19 Des 2020, 10:01 WIB
ilustrasi ayah, ibu dan anak/Photo by Jakob Owens on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan rumah tangga setiap pasangan memiliki dinamika yang berbeda-beda. Terlebih soal berbagi peran ketika telah menyandang status sebagai ayah dan ibu, fokus tak lagi hanya pada pasangan dan kehidupan berdua, tetapi juga mengenai masa depan buah hati tercinta.

Sejatinya, berbagi peran antara ayah dan ibu tidak dapat ditakar secara pasti. Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, Roslina Verauli, menyampaikan setiap keluarga punya variasi dalam struktur keluarga.

"Peran-peran yang dimainkan ayah dan ibu tidak sama di setiap keluarga. Variasinya terlalu banyak, ada yang ayahnya bekerja atau ibunya yang bekerja, ada yang ibunya saja bekerja, atau ayah tunggal, ibu tunggal," kata Vera ketika dihubungi Liputan6.com, Rabu, 16 Desember 2020.

Lantas, bagaimana sebenarnya pembagian peran itu sendiri? Vera menambahkan, hal itu dipengaruhi dengan struktur keluarga itu sendiri, ada yang menganut sistem egaliter, di mana pasangan akan sangat bahagia untuk berbagi peran untuk suami dan istri.

"Tapi kalau bicara tentang keluarga yang tradisional, agak sulit untuk bisa berbagi peran dalam artian bahwa ayahnya akan mau berbagi peran rumah tangga dan pengasuhan karena ayah lebih memilih hanya berpusat pada penafkah," lanjutnya.

Dikatakan Vera, berdasarkan data yang ada, perempuan bekerja akan jauh lebih sejahtera secara emosional ketika ayah turut mendukung ibu menjalankan peran di rumah. Hal ini terkait pengasuhan dan pengelolaan rumah tangga.

Agar berbagi peran dapat berjalan dengan lancar, ada beberapa kiat berbagi peran yang dapat ditempuh. Vera mengungkapkan, pasangan harus membicarakan hal ini sejak awal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Trik Berbagi Peran

Ilustrasi liburan keluarga. (Photo by Adam Sherez on Unsplash)

"Karena ketika suami terlibat, apakah ibu akan bahagia? Belum tentu. Ternyata beberapa ibu tidak bersedia delegasi tugas-tugasnya," jelas Vera.

Vera berkisah, berdasarkan pengalamannya dalam workshop di beberapa kota, para ayah ternyata ingin terlibat. Namun mereka kerap dihakimi kurang maksimal, baik soal mengasuh anak atau mengerjakan tugas rumah tangga.

"Jadi ada kecenderungan perempuan untuk takeover, padahal mereka tertekan dengan peran itu. Yang dipertanyakan, apa yang bikin perempuan tertekan dengan peran yang mereka takeover sendiri," kata Vera.

"Apakah ibu-ibu siap untuk berbagi peran? Jangan-jangan ibu yang tidak siap berbagi peran karena menghayati bahwa peran di rumah mengasuh anak adalah peran dia, namun yang dibutuhkan keterbukaan," lanjutnya.

Vera menyebut, ketika para ibu membutuhkan bantuan, dapat disampaikan kepada pasangan dengan cara-cara yang sehat. Bukan menyerang pasangan dengan menyebut pasangan tidak mau terlibat.

"Ini masalah kesiapan ibu untuk berbagi peran," jelasnya.

"Lalu penghayatan para ayah. Banyak para ayah yang bilang dia mau terlibat, ayah kekinian, tapi kenyataannya secara turun-temurun dia akan mengadopsi pola bapak ibunya yang tradisional, suami merasa perannya ini adalah traditional family," tutupnya.

 

Komitmen di Awal

Ilustrasi Keluarga | unsplash.com/@irinamurza

Mengemban tugas sebagai orangtua memang bukan hal yang mudah. Begitu pula berbagi peran yang dimaknai berbeda dan tiap pasangan punya cara tersendiri untuk menjalankannya.

Salah satunya adalah Ayu Windasari dan sang suami. Wirausaha yang bergerak di bisnis laundry ini sejak awal telah berkomitmen, di mana sang suami berfokus sebagai tulang punggung keluarga.

"Pokoknya semua tentang pekerjaannya, aku akan support. Jadi aku enggak membebankan tugas apapun sebenarnya ke dia," kata Winda saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 17 Desember 2020.

Winda menjelaskan, di sisi lain, kedua hati mereka tetap membutuhkan figur ayah yang diterapkan dengan bermain bersama yang harus dilakukan. Namun, tidak untuk soal urusan pekerjaan rumah tangga.

"Memang dari aku (yang tidak membebankan) karena lihat dia enggak sanggup karena sudah capek kerja. Mending kita simpan energi untuk kita kuatnya di mana, kalau dia finansial untuk yang pertama. Aku tanggung jawabnya semua tentang family," tambahnya,

Di sisi lain, perempuan yang telah menikah selama enam tahun ini juga harus pintar-pintar mengatur usaha laundry miliknya dengan mengurus keluarga dan kedua anaknya. Meski pekerjaannya fleksibel, namun ada tanggung jawab besar juga yang diembannya.

"Aku enggak bisa enggak kerjakan tugasku, jadi aku ajak anakku, mau enggak mau aku harus libatkan anak di aktivitasku," tambahnya.

Di pagi hari, ia mengalokasikan waktu untuk mengurus kedua buah hatinya untuk makan, mandi, dan bermain. Di siang hari, ia mengajak anak sulungnya bekerja dan juga bermain, sedangkan buah hati keduanya di rumah bersama pengasuh hingga sore ia kembali lagi ke rumah.


Cerita Ibu yang Bekerja

ilustrasi keluarga/Photo by Jessica Rockowitz on Unsplash

Kisah berbeda datang dari Christine Wandasari, seorang pegawai di salah satu bank. Profesinya membuat Wanda tetap bekerja di kantor dan baru dapat menikmati hari penuh bersama putranya yang berusia 1,5 tahun pada akhir pekan.

Wanda dan suami berbagi peran, dalam urusan mengasuh anak hingga pekerjaan rumah tangga. Di hari libur, keduanya kompak saling bahu membahu menjalani peran tersebut.

"Kalau berbagi peran, aku sama suamiku saat lagi libur, pagi waktunya aku yang bantu dalam mengasuh anak. Suamiku bisa bantu rapikan kamar," kata Wanda saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 17 Desember 2020.

Ia melanjutkan, ketika siang hari, sang suami yang mengasuh putra mereka. "Anakku cenderung ke suami kalau tidur siang, jadi sama suamiku," lanjutnya.

"Kalau ada waktu, kita bagi tugas. Kadang suami sama anak, aku yang bersih-bersih. Kalau enggak, aku sama anak, dan suami yang bersih-bersih," jelas Wanda.

Sementara di hari kerja, berbagi peran tetap terlaksana. Di mana, sang suami yang lebih banyak waktu bersama putra mereka, karena jadwal kerja yang tidak penuh.

"Aku kerja weekday, dia momong anak. Nanti aku pulang kerja, giliran aku yang jaga anak," ungkapnya.

 

Infografis 3 Cara Jadi Pahlawan Pelindung Keluarga dari Covid-19

Infografis 3 Cara Jadi Pahlawan Pelindung Keluarga dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya