Banjir Bandang Terjang Kolaka Utara, Ribuan Rumah dan Kantor Rusak

Banjir bandang menerjang 12 desa dan kelurahan di wilayah Kolaka Utara, meski tak ada korban jiwa namun air bah merusak 746 bangunan rumah dan tempat ibadah.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 18 Des 2020, 19:00 WIB
Warga dan tim SAR di Kolaka Utara, membersihkan lumpur di perumahan usai banjir Bandang, Kamis (17/12/2020) malam.(Foto Warga Kolaka Utara)

Liputan6.com, Kendari - Banjir Bandang menerjang 8 desa dan dua kelurahan di Kabupaten Kolaka Utara, Kamis (17/12/2020) malam. Luapan air sungai  yang melintasi desa di sepanjang Kecamatan Lasusua sejak sore hari, merembes ke perkampungan dan rumah warga.

Puncaknya, sekitar pukul 21.00 Wita, air bersama lumpur masuk hingga ke lokasi perumahan. Banyak warga di 10 desa dan 2 kelurahan terdampak, tak sempat menyelamatkan barang-barang di dalam rumah warga.

Desa Pitulua, merupakan lokasi terparah banjir bandang. Di sana, ada 91 unit rumah rusak berat dan 300 lainnya rusak ringan. Antara muara sungai dan perumahan warga hanya berjarak sekitar 100 meter.

Salah satu korban di Desa Pitulua, Ikbal Ama menyatakan, banjir bandang datang dengan cepat. Padahal, hujan deras turun tidak sampai berhari-hari.

"Air bersama lumpur datang dengan cepat dari sungai, warga langsung berlomba-lomba naik ke tempat yang lebih tinggi," ujarnya.

Soal banjir bandang, Kepala BPBD Kolaka Utara, Syamsuriani mengatakan jembatan yang menuju di Desa Batuganda Permai terendam air. Air setinggi 4 meter di sungai, naik hingga ke jembatan yang menghalangi pengendara menuju desa lainnya.

"Saat ini, warga yang paling parah kerusakan rumahnya sudah mengungsi dan lainnya tetap tinggal membersihkan yang rumah terendam lumpur," ujar Syamsuriani.

Kata dia, pemda tengah mendata hingga ke pelosok, warga yang rumah dan harta bendanya terdampak banjir. Sejumlah bantuan makanan dan obat-obatan juga sudah tersalur di wilayah desa terdampak banjir.

Syamsuriani melanjutkan, beruntung tak ada korban jiwa. Masyarakat yang menyadari banjir lebih besar akan datang karena terjangan air datang dengan cepat, langsung menyelamatkan diri ke tempat aman. 

Banjir bandang kolaka Utara, teleh menyebabkan kerusakan 1.079 rumah dalam kondisi ringan dan berat. Sedangkan, ada tujuh bangunan sekolah kantor dan tempat ibadah ikut mengalami kerusakan. Total keseluruhan, ada 1.086 bangunan terdampak.


Batang Pohon Hanyut ke Permukiman

Setelah banjir bandang surut pada Jumat (18/12/2020) pagi, warga kebanyakan nekat menengok rumah yang sempat ditinggalkan. Dari laporan Kepala Desa Tojabi, Sukirman, lumpur setinggi hampir satu meter, merendam rumah warga. Kebanyakan rumah, menurut Sukirman, hanya berjarak sekitar 60 meter dari bibir sungai.

"Batang-batang pohon-pohon besar banyak saya lihat hanyut. Kalau warga saya, sedang membersihkan lumpur ini," ujarnya, dihubungi visa telepon seluler.

Dia memastikan, rumah warga di Desa Bojabi, belum bisa ditinggali. Sebab, tingginya lumpur menyebabkan warga harus bekerja lebih keras agar bisa menempati kembali rumahnya.

Korban lainnya dari Desa Pitulua, Ikbal menyatakan, saat ini warga desanya sedang membersihkan rumah. Selain lumpur, batang pohon berukuran besar juga terbaring di samping jalan dan di sekitar rumah warga.

"Semua dari sungai. Sepertinya ini dari Desa Batuganda, karena di sana hulu," ujarnya.


Kondisi Hutan

Wilayah hutan di hulu Sungai Lasusua yang berada di Desa Batuganda, sudah mengalami kerusakan. Diketahui, hulu sungai tempat datangnya banjir berasal Desa Batuganda Permai. Kemudian, banjir bandang melintas melewati Desa Tojabi, Kelurahan Lasusua dan Desa Pitulua.

Dahulu, menurut warga setempat, sekitar pegunungan dan hulu sungai merupakan bekas lokasi bisnis kayu perusahaan Hasil Bumi Indonesia (HBI). Aktif pada masa Orde Baru, saat ini perusahaan tidak beroperasi lagi.

"Mereka dulu tebang kayu besar-besaran di hutan dan gunung-gunung di sekitar desa." ujar salah seorang warga, Jumarif.

Kata Jumarif, saat ini wilayah pegunungan itu, berganti dengan perkebunan cengkeh dan tanaman lainnya. Hal ini, diduga memperparah kondisi hutan kafrena menggantikan tanaman asli.

"Saya tidak tahu pasti luas dan besarnya seperti apa. Namun, kenyataannya disana memang terjadi pembukaan lahan perkebunan di wilayah perbukitan dan pesisir sungai," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya