Liputan6.com, Jakarta - Densus 88 Antiteor Polri telah menangkap Taufik Bulaga alias Upik Lawanga bersama puluhan terduga teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) lainnya. Upik Lawanga merupakan buronan kasus terorisma yang ahli membuat senjata api dan merakit bom.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono membeberkan, terduga teroris Upik Lawanga sempat mendapat pesenan membuat senjata api rakitan pada Agustus 2020 lalu. Sementara dia ditangkap Densus 88 di Kabupaten Lampung Tengah pada 23 November 2020.
Advertisement
"Tersangka Upik ini bulan Agustus 2020 sudah dipesan untuk membuat senjata api rakitan ini. Ada pesanan dari pimpinannya, mulai Agustus 2020 silakan membuat senjata," kata Argo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (18/12).
"Masalah digunakan kapan belum tahu. Yang bersangkutan sudah menyiapkan, ada perintah untuk membuat senjata," sambungnya.
Dari penangkapan terhadap Upik, Densus 88 Antiteror telah menyita senjata rakitan serta bunker yang ada di tempat tinggal atau kediamannya.
"Barbuk yang disita dari rumah Upik ini ada senjata rakitan dan bunker juga di rumahnya. Besok Kabag Penum akan datang ke Lampung, dengan teman media akan melihat bunker itu seperti apa. Biar dia paham bunker itu seperti apa," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bisa Rakit Bom Berdaya Ledak Tinggi
Selain bisa membuat senjata api, kata Argo, Upik Lawanga juga mampu merakit bom dengan daya ledak tinggi atau high explosive.
"UL ini juga sama, kemampuannya merakit bom high explosive, senjata api dan kemampuan militer," ungkapnya.
Pria yang diduga bertanggung jawab dalam sejumlah aksi teror ini juga dapat mempelajari karakteristik suatu wilayah, salah satunya di Poso.
"Tersangka Upik ini juga disebut profesor karena bisa melihat, mempelajari karakteristik wilayahnya. Misalnya di Poso banyak orang menggunakan senter yang kalau malam untuk cahaya penerangan. Jadi yang bersangkutan membuat bomnya seperti senter," ucapnya.
"Sama supaya orang-orang tidak curiga, kalau dia membawa bom berupa senter. Termos juga ada. Misal masyarakat sering bawa termos ke kebun, dia juga bawa termos supaya orang tidak curiga. Jadi, kalau dia melakukan suatu kegiatan tidak diketahui. Pintar dia dalam masalah itu," sambungnya.
Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com
Advertisement