Liputan6.com, Washington, D.C. - Distribusi vaksin Moderna telah dimulai pada Minggu 20 Desember 2020 di Amerika Serikat. Ini adalah vaksin COVID-19 kedua yang diloloskan di AS stelah Pfizer.
Dilansir NBC News, Senin (21/2/2020), vaksin Moderna dikirim ke berbagai penjuru AS yang terdiri atas vaksin dan alat penunjangnya. Targetnya vaksin mulai tiba pada Senin waktu setempat.
Baca Juga
Advertisement
Vaksin buatan Moderna bernama mRNA-1273.
AS adalah negara pertama yang meloloskan Moderna. Vaksin ini tidak perlu disimpan di suhu ultra-dingin seperti vaksin Pfizer.
Di Kentucky dan Tennessee, truk dari jasa pengiriman AS dikawal polisi saat membawa vaksin Moderna.
Hingga kini, totalnya 5,9 juta dosis vaksin Moderna dikirim ke 3.285 lokasi di AS. Moderna memasang target bahwa sekitar 20 juta vaksin akan diserahkan ke pemerintah AS sebelum akhir 2020.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Vaksin COVID-19 AS
Vaksin Moderna memiliki efikasi hingga 94,1 persen. Persentase itu hanya sedikit di bawah vaksin Pfizer yakni 95 persen.
Sama seperti Pfizer, vaksin Moderna turut mendapat Emergency Authorization Use (EAU) oleh BPOM AS.
Moderna adalah perusaaan AS yang berbasis Cambridge, Massachusetts. Perusahaan ini mendapat pesanan sebesar 200 juta vaksin dari pemerintahan Donald Trump. Vaksin dipesan melalui Operation Warps Speed.
Donald Trump juga menyambut baik kabar lolosnya vaksin ini.
"Selamat, vaksin Moderna kini tersedia!" ujarnya di Twitter.
Advertisement
Perbandingan Pfizer dan Moderna
Berdasarkan situs Statnews, dalam perbandingan jumlah dosis, baik vaksin Moderna dan Pfizer sama-sama memerlukan dua suntikan, yaitu dosis awal, diikuti dengan suntikan penguat. Interval antara dosis Moderna adalah 28 hari, sedangkan vaksin Pfizer adalah 21 hari.
Setiap dosis Pfizer mengandung 30 mikrogram vaksin, sedangkan Moderna menggunakan dosis vaksin yang jauh lebih besar yakni 100 mikrogram. Dengan kata lain, mereka menggunakan tiga kali lebih banyak vaksin per orang daripada Pfizer.
Dalam bahasa daerah vaksinologi, vaksin yang memicu berbagai efek samping sementara di banyak penerima dikenal sebagai reaktogenik. Efek samping yang paling umum adalah nyeri tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri sendi.
Beberapa orang dalam uji klinis melaporkan bahwa mereka mengalami demam. Selain itu, peserta dewasa melaporkan lebih banyak mendapat efek samping, daripada peserta lansia.
Efek samping ini adalah tanda sistem kekebalan mulai bekerja. Sampai saat ini tidak ada efek samping jangka panjang yang serius terkait dengan penerimaan vaksin ini, yang akan dipantau secara ketat seiring dengan penyebarluasannya.
Ada beberapa laporan tentang orang yang mengalami reaksi alergi terhadap vaksin Pfizer sejak peluncurannya dimulai. Reaksi tersebut adalah anafilaksis atau reaksi alergi yang tidak terlalu parah. Masih harus dilihat apakah peristiwa serupa akan terlihat dengan vaksin Moderna.
Infografis COVID-19:
Advertisement