ICMI: Bank Syariah Indonesia jadi Jalan Keberkahan saat Transaksi Keuangan

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mendukung penuh pendirian bank syariah hasil merger yang bernama PT Bank Syariah Indonesia.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Des 2020, 10:30 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Rupiah dibuka di angka 13.355 per dolar AS, melemah tipis dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.341 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mendukung penuh pendirian bank syariah hasil merger yang bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie mengatakan, kehadiran Bank Syariah Indonesia patut disyukuri. Alasannya, bank ini membuktikan bahwa integrasi bisnis industri perbankan syariah bukan hal yang mustahil dilakukan.

“Bagus, kami bersyukur karena itu kan sudah saran kami dua tahun lalu. Memang bagus karena itu mengintegrasikan semua bank syariah yang punya pemerintah, daripada terlalu banyak. Setidaknya itu mengintegrasikan, menterpadukan semua sehingga kekuatannya bisa menjadi terpadu,” ujar Jimly dalam keterangannya, Senin (21/12/2020).

Adapun proses merger Bank Syariah Indonesia hingga kini masih berlangsung. Entitas hasil merger PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRIsyariah Tbk., ini direncanakan terbentuk efektif pada 1 Februari 2021, dan berstatus sebagai perusahaan terbuka.

Saat ini, Akta Penggabungan ketiga bank syariah milik Himbara telah ditandatangani oleh direksi masing-masing bank. Penandatanganan dilakukan pasca RUPSLB untuk menyetujui merger dilakukan masing-masing bank pada pekan lalu.

“Market share dari keuangan syariah itu juga bisa diperluas (akibat merger bank syariah). Sejak awal ICMI sudah menyarankan, saya sudah bicara dengan Wapres Jusuf Kalla waktu itu, saya juga bicara dengan Presiden Jokowi,” kata Jimly.

Senada dengan Jimly, Pengamat Ekonomi dan Dai terkemuka asal Solo, Jawa Tengah, Ustaz Wijayanto menyebut kehadiran bank syariah hasil merger sebagai hal yang luar biasa.

Keberadaan bank tersebut dianggap menjadi jalan keberkahan dan menjadi jaminan agar masyarakat tidak lagi merasa takut dan sedih jika hendak bertransaksi keuangan melalui lembaga perbankan.

“Orang Islam harus Ahlan Wa Sahlan. Sikap kita kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan syariah maka kita harus menerima, karena itu jalan keberkahan. Dengan syariah ada jaminan,” ujar Wijayanto.

Bank merger syariah nanti digadang memiliki aset total Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.

Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama. Hery akan didampingi dua Wakil Direktur Utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta 7 pejabat direktur lainnya.

Bank Syariah Indonesia akan melayani seluruh segmen masyarakat dan nasabah, mulai dari kelompok ritel, UMKM, wholesale, dan investor global. Untuk menjangkau pendanaan dan melayani investor global, Bank Syariah Indonesia berencana memiliki kantor representasi di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), setelah beroperasi nanti.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekonomi Syariah Disebut Sukses jika Bisa Cetak 20 Persen Pengusaha Baru

Nasabah memanfaatkan layanan digital bank melalui layanan Mandiri Syariah Mobile di Jakarta, Rabu (8/7/2020). Hingga Juni 2020, Mandiri Syariah mencatatkan pengguna layanan Mandiri Syariah Mobile sejumlah 1,3 jt user naik lebih dari 45% dari tahun sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menilai sektor ekonomi syariah punya peluang untuk terus berkembang dengan cakupan lebih besar lagi.

Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan, salah satu pertanda kesuksesan ekonomi syariah yakni munculnya pengusaha-pengusaha baru dari sektor tersebut.

"Harus ada usaha yang dilakukan secara bersungguh-sungguh dan secara kolektif di kalangan umat untuk mencetak wirausahawan dan/atau entrepreneur baru dalam jumlah yang besar. Minimal 20 persen dar jumlah umat, maka hasil dan dampaknya akan cukup besar," kata Anwar kepada Liputan6.com, Sabtu (19/12/2020).

Sebabenurut dia, para pelaku ekonomi syariah saat ini tidak hanya lemah di sektor keuangan, tapi juga belum kuat di sektor riil.

Lebih lanjut, Anwar menilai, sektor ekonomi syariah sebenarnya punya potensi untuk semakin berkembang di Indonesia. Meski dalam kurun waktu 10 tahun sebelumnya perkembangannya mandek walaupun sudah banyak program yang diluncurkan.

"Potensi sih ada, tapi harus ada usaha yang dilakukan secara bersungguh-sungguh secara kolektif di kalangan umat," imbuh Anwar.

Jika berkaca pada kurun waktu 10 tahun lalu, perkembangan ekonomi syariah memang terbilang mandek meski sudah banyak gerakan-gerakan ekonomi syariah, baik untuk produk halal dan sebagainya.

Namun dengan adanya perluasan pasar, produk ekonomi syariah pun kini mulai banyak diminati oleh berbagai konsumen dari lintas agama.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya