Liputan6.com, Jakarta - Facebook mengaku bakal menerapkan kebijakan keras untuk mengurangi hoaks atau kabar palsu seputar vaksin covid-19. Platform media sosial asal AS itu menilai usaha itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab pada masyarakat.
Facebook mengklaim sejak awal pandemi hingga Oktober telah menghapus 12 juta misinformasi yang berbahaya terkait covid-19. Konten yang dihapus itu berupa klaim soal penyembuhan, perawatan dan pernyataan bahwa virus covid-19 itu tak ada.
Advertisement
Meski demikian Facebook juga menjamin konten dari individu yang menanyakan pertanyaan standar soal vaksin tidak akan ditargetkan dari penghapusan.
"Facebool akan menghapus hoaks atau misinformasi terkait keamanan, kemanjuran, atau kandungan vaksin covid-19. Selain itu kami juga akan menghapus konten yang berisi konspirasi tentang asal-usul vaksin ini," ujar Kevin Chan, Direktur Global Kebijakan Publik Facebook Kanada dilansir CBC.
"Tetapi Facebook tetap memberikan ruang bagi para pengguna untuk mengekspresikan pemikiran individu dan anekdot tentang pengalaman mereka terkait vaksin covid-19," ujarnya menambahkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Langkah Twitter
Selain Facebook, langkah serupa dilakukan Twitter. Dikutip dari nytimes.com Kamis (17/12/2020), penghapusan konten hoaks seputar vaksin Covid-19 akan dimulai pekan ini, bersamaan dengan distribusi vaksin di Amerika Serikat.
Tweet yang mengklaim bahwa vaksin tersebut dengan sengaja menyebabkan kerusakan, atau persekongkolan, dan bahaya vaksin, akan dihapus sesuai dengan kebijakan baru Twitter.
"Dalam konteks pandemi global, informasi yang salah tentang vaksin menghadirkan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan dan terus berkembang," demikian Twitter dalam sebuah posting blog.
Selain itu, mulai 2021 Twitter akan menambahkan label ke tweet berisi rumor yang tidak berdasar, klaim yang disengketakan, serta informasi yang tidak lengkap atau di luar konteks tentang vaksin.
"Kami akan memprioritaskan penghapusan informasi menyesatkan yang paling berbahaya, dan selama beberapa minggu mendatang, mulai melabeli tweet yang berisi informasi yang berpotensi menyesatkan tentang vaksin," kata perusahaan itu dalam posting blog.
Advertisement