Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan soal WHO yang menyebut vaksin covid-19 buatan Sinovac punya respons imun paling rendah dibanding 10 vaksin lainnya. Kabar itu ramai dibagikan sejak akhir pekan kemarin.
Salah satu akun yang membagikannya adalah bernama Leo. Dia mengunggahnya pada 20 Desember 2020.
Advertisement
Dalam postingannya ia mengunggah tangkapan layar berita berjudul "WHO Ungkap Pengaruh Vaksin Sinovac China terhadap Imun Tubuh Ternyata Paling Rendah".
Postingan tersebut juga menyertakan sembilan vaksin covid-19 lainnya. Di sana juga terdapat narasi:
"Sebanyak 1,2 juta Vaksin Sinovac buatan China telah tiba di Indonesia.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi pun langsung menyampaikan kabar yang ia nilai sebagai kabar baik tersebut.
“Saya ingin menyampaikan kabar baik.Hari ini pemerintah sudah menerima 1,2 juta dosis vaksin Covid-19. Vaksin ini buatan Sinovac yang kita uji secara klinis di Bandung sejak Agustus 2020,” kata Jokowi,Minggu (6/12/2020).
Berdasarkan informasi yang didapat berita AL JAZEERA,Dari 20 negara yang telah tercatat memesan Vaksin Virus Corona, memang baru INDONESIA yang memesan VAKSIN SINOVAC.
AL JAZEERA juga mengungkap data bersumber dari REUTERS dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dari 10 jenis vaksin yang siap edar, ternyata VAKSIN SINOVAC memiliki pengaruh terhadap imunitas tubuh yang PALING LOW atau RENDAH.
Berdasarkan tabel di bawah ini dipaparkan dampak ke-10 jenis vaksin tersebut terhadap imunitas tubuh relawan uji coba.
Sekadar contoh, VAKSIN MODERNA berdampak 94,5 % terhadap imunitas tubuh.VAKSIN PFIZER berdampak 95 % terhadap imunitas tubuh.
TETAPI, SINOVAC memiliki dampak terhadap imunitas tubuh yang masuk kategori low atau rendah.
Bukan itu saja, CHINA dan RUSIA juga dua negara yang dinilai sangat berani karena telah memproduksi vaksin meski uji klinis tahap 3 belum selesai.
Media berbasis di DOHA, QATAR, mengungkap data hasil riset terkait pengaruh 10 jenis vaksin terhadap imunitas tubuh.
Hasilnya, VAKSIN SINOVAC pengaruhnya masuk KATEGORI LOW (RENDAH),Sementara beberapa merek vaksin lain masuk kategori moderat atau 94-95 persen seperti VAKSIN PFIZER dan MODERNA.
PFIZER dan MODERNA adalah vaksin buatan Amerika Serikat.
Berdasarkan data yang diungkap Al Jazeera,Ada 20 negara (tidak termasuk Uni Eropa) yang telah memesan vaksin untuk mengatasi pandemi Virus Corona atau Covid-19.
Ke-20 negara yang telah memesan vaksin tersebut adalahAMERIKA SERIKAT, JEPANG, INGGRIS, ITALIA, DENMARK, BELANDA, PRANCIS, KANADA, CHINA, BRAZIL, MEKSIKO, ARGENTINA, INDIA, SPANYOL, AUSTRALIA, INDONESIA, UZBEKISTAN, MESIR, NEPAL, dan ISRAEL.
Data REUTERS menunjukkan bahwa ada 10 jenis Vaksin Virus Corona yang siap dan telah diproduksi sejumlah perusahaan farmasi dari sejumlah negara seperti InggYris, AMERIKA SERIKAT, JERMAN, dan CHINA.
Ke-10 jenis Vaksin Virus Corona tersebut adalah sebagai berikut:
1. AstraZeneca (Inggris)
2. Cansino Bilogics
3. Gamaleya Reserach Institute
4. Inovio-Cepi (Amerika Serikat)
5. Johnson & Johnson Barda Janssen
6. Moderna (Amerika Serikat).
7. Novavax (Amerika Serikat).
8. Pfizer-Biontech(Amerika Serikat-Jerman)
9. Sinopharm-Beijing Institute ofBilogical Products (China)
10. Sinovac (China)
Al Jazeera juga mengungkap tabel negara-negara mana saja yang telah memesan 10 jenis vaksin.
Hasilnya, HANYA INDONESIA yang memesan VAKSIN SINOVAC BUATAN CHINA.
Indonesia memesan 40 juta Vaksin Sinovac.
CHINA sendiri justru memesan vaksin AstraZeneca buatan Inggris sebanyak 200 juta.
Lebih lengkap bisa dilihat dalam tabel di bawah ini."
Lalu benarkah postingan yang menyebut vaksin covid-19 buatan sinovac punya respons imun paling rendah dibanding 10 vaksin lainnya menurut WHO?
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi laman covid19.go.id. Di sana terdapat artikel "Klarifikasi tentang Pemberitaan Sinovac" yang tayang 20 Desember 2020. Berikut isinya:
"Sehubungan dengan pemberitaan di media massa bahwa WHO membandingkan 10 vaksin COVID-19 dan Sinovac yang paling lemah dan Indonesia satu-satunya yang memesan vaksin Sinovac, dapat kami sampaikan pernyataan yang dapat dikutip sebagai pernyataan Dr. dra. Lucia Rizka Andalusia, M.Pharm, Apt, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Badan POM:
Hingga saat ini, tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respon imunitas 10 kandidat vaksin, atau pernyataan bahwa vaksin Sinovac rendah sebagaimana ditampilkan dalam pemberitaan. Hal ini pun sudah kami konfirmasikan kepada pihak WHO di Indonesia. Sampai saat ini belum ada pengumuman tingkat efikasi vaksin Sinovac baik dari pihak produsen maupun badan pengawas obat di negara tempat dilakukannya uji klinik.
Selain itu, informasi bahwa hanya Indonesia yang memesan vaksin Sinovac juga tidak tepat. Selain Indonesia, sejumlah negara telah melakukan pemesanan vaksin COVID-19 dari Sinovac, seperti: Brazil, Turki, Chile, Singapura, dan Filipina. Bahkan, Mesir juga sedang bernegosiasi untuk bisa memproduksi vaksin Sinovac di Mesir.
Pemerintah telah menegaskan komitmennya untuk memastikan bahwa vaksinasi hanya dilakukan dengan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu secepatnya. Badan POM, bersama Komite Nasional Penilai Obat dan para ahli akan memastikan dan mengawal aspek keamanan, khasiat serta mutu dari vaksin Covid-19 yang akan digunakan untuk program vaksinasi sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO.
Keberhasilan penanganan Covid di Indonesia, akan menjadi keberhasilan kita sebagai bangsa dan juga sebagai bagian dari masyarakat dunia. Salah satu upaya percepatan untuk bisa keluar dari pandemi Covid-19 adalah dengan vaksinasi yang perlu dijalankan bersama dengan disiplin 3M.
Jangan kendor: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, siap divaksinasi saat vaksin siap."
Selain itu ada juga artikel dari Liputan6.com berjudul "BPOM Ungkap Sejauh Mana Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinovac di Bandung Berlangsung" yang tayang 18 Desember 2020. Berikut isinya:
"Liputan6.com, Jakarta Uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan Sinovac di beberapa negara, termasuk Indonesia masih dilakukan. Hasil studi ini nantinya akan digunakan agar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dapat mengeluarkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).
Mengutip siaran pers di laman resminya pada Jumat (18/12/2020), BPOM menyebut bahwa pemberian izin EUA untuk vaksin bisa menggunakan data interim, yaitu data pengamatan selama tiga bulan setelah penyuntikkan.
"Untuk hasil uji klinik di Indonesia, saat ini data tersebut sedang dalam proses penyiapan laporan oleh peneliti di Unpad (Universitas Padjajaran) dan Bio Farma sebagai sponsor uji klinik," tulis BPOM.
Setelah laporan diserahkan ke BPOM, selanjutnya akan dilakukan evaluasi terhadap laporan hasil uji klinis untuk melihat hasil yang dapat membuktikan khasiat dan keamanan vaksin COVID-19, dengan membandingkan manfaat dan risiko sebagai dasar pemberian EUA.
Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, uji klinis vaksin Sinovac di Bandung telah dimulai sejak 11 Agustus 2020. Semua relawan juga telah mendapat dua kali penyuntikkan.
"Saat ini semua relawan dalam pengamatan efek samping yang terjadi setelah penyuntikan untuk melihat keamanan dan pemantauan efektivitas vaksin dengan memeriksa kadar antibodi serta kemampuan vaksin dalam melindungi orang yang terinfeksi virus SARS CoV-2," kata Penny.
Meski nantinya vaksin ini diberikan EUA, aspek keamanan, khasiat dan mutu vaksin harus tetap dipenuhi berdasarkan data-data pendukung yang memadai.
Setelah EUA diberikan, pengamatan akan diteruskan untuk pengamatan efek samping dan efikasi jangka panjang.
"Setelah pemberian EUA, uji klinik vaksin tetap dilanjutkan dengan pengamatan pada masyarakat yang sudah divaksinasi untuk mendapatkan data keamanan dan khasiat sampai enam bulan setelah penyuntikan," kata Penny."
Ada juga artikel dari Merdeka.com yang menunjukkan vaksin Sinovac tak hanya dibeli oleh Indonesia yakni berjudul "Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Bisa Digunakan di Brasil Mulai Pertengahan Februari" yang tayang 21 Desember 2020. Berikut isinya:
"Merdeka.com - Dua vaksin virus corona dari AstraZenenca dan vaksin buatan China, Sinovac, mulai siap digunakan di Brasil pada pertengahan Februari 2021. Demikian disampaikan Menteri Kesehatan Brasil, Eduardo Pazuello pada Rabu lalu, walaupun jadwal peluncuran nasional akan tergantung pada persetujuan regulator.
Pazuello mengatakan, data kedua vaksin yang sedang diuji di Brasil bisa dianalisis oleh regulator kesehatan Anvisa pada Januari mendatang.
"Kemungkinannya di pertengahan Februari kita bisa menerima dan mendaftarkan vaksin ini untuk mulai rencana kita (vaksinasi)," jelasnya setelah menghadiri rapat rencana vaksinasi nasional, dikutip dari China Daily, Senin (21/12).
Pemerintah federal Brasil memiliki perjanjian untuk membeli vaksin yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca, dan negara bagian Sao Paulo bekerja sama dengan produsen vaksin China, Sinovac Biotech.
Lebih dari 180.000 orang meninggal dunia karena Covid-19 di Brasil, yang merupakan wabah paling mematikan kedua di dunia setelah AS. Setelah sebulan menurun, infeksi virus melonjak lagi dalam beberapa hari terakhir, dengan kasus baru dan kematian melonjak tajam.
Pemerintah menetapkan rencana vaksinasi secara tertulis pada akhir pekan, dengan target awal memvaksin 51 juta orang, atau sekitar seperempat populasi, pada periode awal 2021.
Kementerian Kesehatan mengatakan, 108 juta dosis akan tersedia untuk kelompok rentan yang menjadi prioritas vaksinasi, termasuk petugas kesehatan, lansia, dan kelompok masyarakat adat.
Rencana tersebut menyatakan 70 persen populasi atau sekitar 148 juta dari 212 juta populasi Brasil, perlu diimunisasi untuk menghentikan penyebaran virus. Rencana ini menutupi sekitar sepertiga dari target."
Di website WHO.int tidak terdapat perbandingan soal vaksin covid-19. Namun hanya terdapat perkembangan vaksin covid-19. Berikut linknya...
Advertisement
Kesimpulan
Postingan yang menyebut vaksin covid-19 buatan sinovac punya respons imun paling rendah dibanding 10 vaksin lainnya menurut WHO adalah tidak benar. Faktanya WHO tak pernah mengeluarkan statement resmi soal perbandingan vaksin covid-19.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement