Liputan6.com, Jakarta - Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan memastikan untuk saat ini belum ada rencana IPO atau go public bagi PT Mandiri Tunas Finance (MTF) selaku anak usaha PT Bank Mandiri Tbk.
Mengingat, situasi pasar modal dalam negeri saat ini diangap belum sepenuhnya pulih setelah terpukul pandemi Covid-19.
Advertisement
"Pada saat ini dapat kami katakan belum ada rencana buat IPO oleh Mandiri Tunas Finance," ujar dia dalam webinar Paparan Economic Outlook 2021, Selasa (22/12).
Panji menjelaskan, terkait rencana IPO terhadap anak perusahaan bank pelat merah tersebut sangat tergantung dengan kondisi pasar. "Karena itu bagian penting dari komponen rencana pengembangan bisnis perseroan, jelas itu," paparnya.
Kendati demikian, pihaknya tidak memungkiri jika IPO menjadi instrumen penting dilakukan dalam rencana funding atau menghimpun dana bagi pengembangan bisnis induk perusahaan ke depan. "Karena IPO bagian kompenen funding dalam rencana bisnis bank, jelas itu bagian strategi dari grup," jelas dia
Oleh karena itu, rencana IPO terhadap PT Mandiri Utama Finance masih tetap terbuka lebar kedepannya. "Dengan catatan sekiranya situasi berubah kita akan meninjau (IPO)," tegasnya mengakhiri.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Kredit Minus 1 Persen di 2020
Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini berada di angka -1 persen hingga 0 persen.
Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, pertumbuhan kredit di bulan Desember 2020 sudah membaik meskipun belum bisa mencapai angka yang positif. Tahun 2021, kredit diproyeksi bisa tumbuh hingga 5 persen.
"Perkiraan kami kredit tumbuh -1 persen hingga 0 persen di tahun ini, dan baru akan tumbuh 5 persen di tahun depan," ujar Panji dalam Mandiri Economic Outlook 2021, Selasa (22/12/2020).
Kontraksi terjadi pada kredit di berbagai sektor, seperti industri pengolahan, pertanian, konstruksi, dan perdagangan. Kinerja perbankan, lanjut Panji, memang tidak terlepas dari dampak Covid-19.
Kendati, perbankan masih memiliki kekuatan yang cukup untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang membantu likuiditas perbankan dalam posisi yang aman.
Kemudian, angkah pemerintah seperti penurunan suku bunga acuan, penurunan GWM dan quantitative easing juga membantu perbankan menghadapi kondisi pandemi. Tingkat rasio kredit bermasalah juga dinilai masih bisa dijaga di level 3,5 persen imbas restrukturisasi kredit.
"Kondisi rasio kredit bermasalah masih cukup kuat dengan bantuan rasio kecukupan modal perbankan, ini menunjukkan kinerja perbankan masih cukup baik," tandasnya.
Advertisement