Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengucapkan selamat kepada Sandiaga Uno yang dipilih sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menggantikan Wishnutama Kusubandio. Ia berharap, PHRI diberikan ruang oleh Sandiaga untuk memaparkan atau menyampaikan situasi pariwisata terkini.
"Sektor pariwisata saat ini berada dalam kondisi pandemi, situasi yang kurang baik. Artinya, sektor pariwisata itu sangat berkaitan dengan pergerakan atau interaksi orang. Itu yang justru berlawanan dengan penyelesaian masalah Covid-19," ujar Sekjen PHRI ini saat dihubungi Liputan6.com, Selasa malam (22/12/2020).
Baca Juga
Advertisement
Bagi lelaki yang akrab disapa Allan ini, dalam sektor pariwisata itu terdapat pembentuknya, seperti hari libur. Namun, saat ini pembentuk itu hilang sehingga berpengaruh pada daya tahan pariwisata dan juga mereka yang bekerja di sektor pariwisata.
"Otomatis, untuk menyelesaikan itu, kami harus diberi ruang untuk menyampaikan apa saja hal-hal yang mungkin dapat dijadikan usulan, bagaimana ke depan membangkitkan pariwisata kembali," tutur Allan.
Alan menambahkan, usulan PHRI saat ini adalah penyelamatan terlebih dahulu agar sektor pariwisata bisa bertahan. Ia menilai persoalan pandemi itu masih panjang.
"Pandemi itu ceritanya masih panjang. Jadi, bisa dibuatkan satu program yang dapat menguatkan daya tahan pariwisata, sampai kita bisa melihat gambaran jelas pada kembalinya sektor pariwisata," ujar Maulana yang menyebut pembuatan program pariwisataa itu sangat penting.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terbatas pada Regulasi
Maulana Yusran menambahkan bahwa agar pariwisata bangkit seperti semula, tentu harus melalui proses. Namun, untuk bisa bertahan, maka sektor pariwisata harus mendapatkan bantuan.
Konkretnya, kata Maulana, saat ini perlu menciptakan permintaan. Saat ini masalah itu berada pada permintaan, karena selalu terbatas dengan segala macam regulasi yang ada.
"Sebagai contoh, dalam satu tahun itu ada dua momentum liburan yang besar, termasuk Natal dan Tahun Baru. Namun, saat liburan itu semua sudah menjadi harapan dan dipersiapkan, tiba-tiba di tengah jalan disortir dengan kebijakan baru, sehingga dampaknya makin dalam lagi kerugiannya bagi sektor pariwisata," ujar Allan.
Allan mencontohkan kebijakan baru itu salah satunya pengurangan waktu libur. Hal itu yang membuat banyak orang melakukan pembatalan liburan.
"Pariwisata itu berbeda dengan sektor lainnya. Kalau sektor lain, libur itu menurunkan produktivitas, sedangkan di sektor pariwisata, libur itu justru meningkatkan produktivitas. Karena mereka bekerja pada saat orang libur. Kalau kita juga libur, lalu siapa yang mau melayani?" kata Maulana Yusran.
Advertisement